Minggu Brutal! Sempat Minus, Harga Minyak Anjlok Nyaris 24%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2020 10:39
Mengintip Kilang Minyak
Ilustrasi Kilang Minyak (CNBC Indonesia)
Faktor kedua adalah produksi yang terus bertambah tidak diiringi oleh permintaan. Rystad Energy, lembaga peneliti energi yang berkantor pusat di Oslo (Norwegia), memperkirakan permintaan minyak tahun ini turun 10,4% dibandingkan 2019.

"Menurut estimasi kami, permintaan minyak dunia pada 2019 adalah sekitar 99,5 juta barel/hari. Pada 2020, kami perkirakan menurun ke 89,2 juta barel/hari," sebut riset Rystad Energy yang dirilis pada 23 April 2020.

Rystad Energy

Untuk 2020, Rystad Energy memperkirakan situasi terparah terjadi pada April alias bulan ini. Permintaan diperkirakan ambles 26,7% menjadi 72,3 juta barel/hari.

Mengapa permintaan minyak bisa turun sedemikian parah? Jawabannya adalah pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19).

Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 24 April, jumlah pasien positif corona di kolong atmosfer adalah 2.626.321 orang. Bertambah 81.259 dari hari sebelumnya.

Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini menyebar dengan begitu cepat dan luas. Kini virus tersebut sudah 'membobol' lebih dari 200 negara dan teritori. Tidak ada tempat yang aman...


Penyebaran virus corona yang sangat masif membuat berbagai negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) bahkan karantina wilayah (lockdown). Perbatasan negara ditutup, masyarakat dianjurkan (atau bahkan dilarang) keluar rumah kecuali untuk urusan sangat maha mendesak.

Akibatnya, mobil dan sepeda motor terparkir manis di garasi. Pesawat terbang pun di-grounded, menganggur di hanggar karena sepinya penerbangan.

Di Indonesia, pemerintah sudah menetapkan aturan tegas mengenai larangan transportasi mulai 24 April. Ini berlaku untuk semua moda, darat (termasuk kereta api), laut, dan udara.


Tidak hanya Indonesia, berbagai negara pun menerapkan langkah serupa. Hasilnya, permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) pun merosot drastis. Rystad Energy memperkirakan permintaan BBM global untuk angkutan jalan pada 2020 turun 10,5% dibandingkan 2019. Sementara penurunan permintaan BBM pesawat terbang (jet fuel) lebih parah lagi yaitu mencapai 24%.

"Angka ini (permintaan jetfuel) bisa berubah jika maskapai penerbangan memangkas rute lebih banyak lagi. Maskapai yang tertekan menghadapi masalah besar yaitu harus mengurangi biaya sehingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sulit dihindari," sebut riset Rystad Energy.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular