Cuek dengan Kejatuhan Minyak Dunia, IHSG Melesat 1,5%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 April 2020 16:36
saham bursa efek indonesia sekuritas mansek bei
Foto: Ilustrasi Sekuritas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam video conferece hari ini kembali menebar optimisme di pasar keuangan Indonesia. Perry juga melihat pergerakan IHSG hingga siang tadi yang menguat sementara busa saham Asia lainnya berada di zona merah, begitu juga dengan bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Selasa.

"Kelihatan di pasar saham, harga indeks saham tidak selalu mengikuti dengan perkembangan harga saham di luar negeri. Misalnya indeks di AS turun, tapi di Indonesia naik. Bahkan meningkat, levelnya 4.570, berarti naik 68 poin. Menunjukkan investor melihat perkembangan domestik," kata Perry.



Selain itu menurut Perry, ambrolnya harga minyak mentah bisa menguntungkan bagi ekonomi dalam negeri.

"Bagi ekonomi, secara netto positif dari sisi ekonomi dan sisi moneter. Kalau moneter, ingat kita kan net importir dari minyak, dan mengurangi defisit neraca perdagangan minyak. Secara defisit transaksi berjalan dan perdagangan akan memperbaiki [ekonomi] Indonesia," imbuh Perry.

Menurut Perry, jika harga minyak turun nantinya subsidi juga turun dan itu secara keseluruhan membuat neraca pembayaran akan positif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diperkirakan akan tinggi pada tahun depan, setelah pandemi COVID-19 berakhir.

"Tahun depan kalau ekonomi sudah mulai pulih, reformasi ekonomi Indonesia seperti Omnibus Law itu akan membuat meningkat. Tahun ini kami perkirakan pertumbuhan ekonomi adalah 2,3%, tahun depan seperti apa? Pertumbuhannya akan lebih tinggi, perkiraan kami bisa mencapai 6%," papar Perry.



Perry menyebutkan ada dua faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa tinggi. Pertama adalah perkiraan ekonomi sudah pulih setelah serangan pandemi virus corona. Langkah mitigasi dari pemerintah dan bank sentral akan membuat ekonomi Indonesia bisa melaju kencang.

Faktor kedua adalah pertumbuhan ekonomi tahun ini relatif rendah. Sehingga kalau tahun depan ekonomi membaik sedikit saja, pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi.

"Semula kami perkirakan pertumbuhan ekonomi 2021 adalah 5,2%, tetapi bisa lebih tinggi karena pengaruh tahun dasar. Jadi ada dua faktor yaitu pemulihan dan base effect secara statistik," kata Perry.


TIM RISET CNBC INDOESIA  (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular