
Penutupan Sesi I
IHSG Menguat Sendirian di Asia, Cuma Diikuti Sensex India
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 April 2020 12:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di perdagangan sesi I Rabu (22/4/2020), saat bursa saham Asia lainnya berada di zona merah.
IHSG sebenarnya membuka perdagangan di zona merah, melemah hingga 1,35% ke 4.441,090 yang menjadi level terendah intraday di sesi I. Setelahnya IHSG perlahan bangkit hingga mengakhiri sesi I di level 5.526,669, menguat 0,55%
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 4,39 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 154,81 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Dengan penguatan sebesar 0,55% IHSG berlari sendirian di pasar Asia hari ini, meninggalkan bursa saham Asia lainnya, bahkan bursa utama semacam Nikkei Jepang -1,18%, Shanghai Composite China -0,16%, Hang Seng Hong Kong -0,56%, Kospi Korea Selatan -0,81% dan Straits Times Singapura -1,51%.
Hanya indeks Sensex India yang mampu menguat, itu pun hanya 0,07% hingga pukul 11:30 WIB saat perdagangan sesi I IHGS berakhir.
Sentimen pelaku pasar memang sedang kurang bagus pada perdagangan hari ini akibat harga minyak mentah dunia yang kembali ambrol.
Jagat finansial dibuat heboh kemarin setelah harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus. Berdasarkan dara Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% di awal pekan. Sontak hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Harga minyak WTI minus merupakan untuk kontrak Mei yang expired pada Selasa kemarin, dan kontrak yang paling aktif diperdagangkan saat ini adalah bulan Juni. Di akhir perdagangan Senin, minyak WTI kontrak Juni berada di level US$ 20,43/barel dan lebih tepat menggambarkan pasar minyak mentah yang sebenarnya.
Namun, Selasa kemarin minyak WTI kontrak Juni tersebut akhirnya ambles juga, sempat menyentuh level terendah intraday US$ 6,5/barel sebelum mengakhiri perdagangan di level US$ 11,57/barel. Harga minyak Brent juga ikut ambles ke bawah US$ 20/barel dan mencapai level terendah sejak 2001.
Ambrolnya harga minyak mentah masih berlanjut, hingga siang ini WTI ambles lebih dari 7% berada di kisaran US$ 10/barel, sementara Brent lebih parah, ambrol 15% lebih dan diperdagangkan di kisaran US$ 16/barel.
Harga minyak mentah biasanya dijadikan acuan tingkat aktivitas ekonomi global, sebab ketika roda perekonomian berputar dengan cepat, permintaan minyak mentah untuk industri akan menjadi tinggi, dan harga minyak mentah akan naik.
Sebaliknya, ketika harga minyak mentah terus menurun, itu artinya permintaan rendah dan roda perekonomian melambat, atau bahkan terhenti sehingga tidak ada permintaan minyak mentah yang membuat harganya menjadi negatif.
"Dalang" dari semua ini sudah jelas, virus corona yang membuat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) sehingga aktivitas ekonomi terhenti.
Di tengah kabar buruk tersebut, terselip beberapa kabar positif. Negara-negara Eropa mulai membuka lockdown setelah penyebaran Covid-19 melambat. Italia berancana membuka lockdown secara bertahap pada 4 Mei nanti. Italia dan Spanyol sudah mengijinkan warganya mulai beraktivitas sejak pekan lalu.
Kemudian Jerman juga mulai mengizinkan warganya beraktivitas, toko-toko kecil sudah diizinkan buka kembali sejak Senin, dan sekolah mulai aktif lagi per 4 Mei. Belanda juga berencana membuka lockdown secara bertahap mulai 11 Mei.
Roda bisnis di Eropa yang mulai berputar kembali tentunya menjadi kabar bagus, perekonomian global bisa perlahan bangkit dari keterpurukan.
Selain itu, dari AS, Senat AS telah menyetujui paket stimulus terbaru senilai US$ 484 miliar, dan akan diserahkan ke House of Representative (DPR) AS untuk di-voting.
Dari total paket tersebut, US$ 310 miliar ditujukan ditujukan untuk memberi bantuan kepada UMKM, sisanya akan diberikan ke rumah sakit serta untuk memperluas tes Covid-19.
Paket stimulus ini merupakan tambahan dari stimulus jumbo US$ 2 triliun yang sudah digelontorkan beberapa pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Terseret Harga Minyak Minus, IHSG Ambles 1,9% di Sesi I
IHSG sebenarnya membuka perdagangan di zona merah, melemah hingga 1,35% ke 4.441,090 yang menjadi level terendah intraday di sesi I. Setelahnya IHSG perlahan bangkit hingga mengakhiri sesi I di level 5.526,669, menguat 0,55%
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 4,39 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 154,81 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Hanya indeks Sensex India yang mampu menguat, itu pun hanya 0,07% hingga pukul 11:30 WIB saat perdagangan sesi I IHGS berakhir.
Sentimen pelaku pasar memang sedang kurang bagus pada perdagangan hari ini akibat harga minyak mentah dunia yang kembali ambrol.
Jagat finansial dibuat heboh kemarin setelah harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus. Berdasarkan dara Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% di awal pekan. Sontak hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Harga minyak WTI minus merupakan untuk kontrak Mei yang expired pada Selasa kemarin, dan kontrak yang paling aktif diperdagangkan saat ini adalah bulan Juni. Di akhir perdagangan Senin, minyak WTI kontrak Juni berada di level US$ 20,43/barel dan lebih tepat menggambarkan pasar minyak mentah yang sebenarnya.
Namun, Selasa kemarin minyak WTI kontrak Juni tersebut akhirnya ambles juga, sempat menyentuh level terendah intraday US$ 6,5/barel sebelum mengakhiri perdagangan di level US$ 11,57/barel. Harga minyak Brent juga ikut ambles ke bawah US$ 20/barel dan mencapai level terendah sejak 2001.
Ambrolnya harga minyak mentah masih berlanjut, hingga siang ini WTI ambles lebih dari 7% berada di kisaran US$ 10/barel, sementara Brent lebih parah, ambrol 15% lebih dan diperdagangkan di kisaran US$ 16/barel.
Harga minyak mentah biasanya dijadikan acuan tingkat aktivitas ekonomi global, sebab ketika roda perekonomian berputar dengan cepat, permintaan minyak mentah untuk industri akan menjadi tinggi, dan harga minyak mentah akan naik.
Sebaliknya, ketika harga minyak mentah terus menurun, itu artinya permintaan rendah dan roda perekonomian melambat, atau bahkan terhenti sehingga tidak ada permintaan minyak mentah yang membuat harganya menjadi negatif.
"Dalang" dari semua ini sudah jelas, virus corona yang membuat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) sehingga aktivitas ekonomi terhenti.
Di tengah kabar buruk tersebut, terselip beberapa kabar positif. Negara-negara Eropa mulai membuka lockdown setelah penyebaran Covid-19 melambat. Italia berancana membuka lockdown secara bertahap pada 4 Mei nanti. Italia dan Spanyol sudah mengijinkan warganya mulai beraktivitas sejak pekan lalu.
Kemudian Jerman juga mulai mengizinkan warganya beraktivitas, toko-toko kecil sudah diizinkan buka kembali sejak Senin, dan sekolah mulai aktif lagi per 4 Mei. Belanda juga berencana membuka lockdown secara bertahap mulai 11 Mei.
Roda bisnis di Eropa yang mulai berputar kembali tentunya menjadi kabar bagus, perekonomian global bisa perlahan bangkit dari keterpurukan.
Selain itu, dari AS, Senat AS telah menyetujui paket stimulus terbaru senilai US$ 484 miliar, dan akan diserahkan ke House of Representative (DPR) AS untuk di-voting.
Dari total paket tersebut, US$ 310 miliar ditujukan ditujukan untuk memberi bantuan kepada UMKM, sisanya akan diberikan ke rumah sakit serta untuk memperluas tes Covid-19.
Paket stimulus ini merupakan tambahan dari stimulus jumbo US$ 2 triliun yang sudah digelontorkan beberapa pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Terseret Harga Minyak Minus, IHSG Ambles 1,9% di Sesi I
Most Popular