Disentil Erick, Emiten Farmasi Siap Pangkas Impor Bahan Baku

Monica Wareza, CNBC Indonesia
21 April 2020 18:48
Erick Thohir
Foto: Cantika Dinda / CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan yang masuk dalam holding BUMN farmasi menegaskan akan memulai menekan impor bahan baku obat-obatan pada 2021 mendatang. Langkah yang diambil perusahaan BUMN adalah dengan memproduksi sendiri bahan baku obat-obatan yang diperlukan.

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan tingginya kebutuhan impor bahan baku ini disebabkan karena tak tersedianya bahan baku dasar obat-obatan di Indonesia. Umumnya bahan baku dasar ini diproduksi oleh perusahaan kimia dasar, dan masalahnya bahan baku ini tak diproduksi di Indonesia.

"Bahan baku memang diakui lebih dari 90% impor, masalah bahan baku tidak murni hanya farmasi karena permasalahannya di hulu, ini dasar yang berkepentingan. Yang kami bikin adalah active ingredient, bahan bakunya kimia dasar. Kalau di luar sudah established, beda dengan Indonesia," kata Honesti dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Selasa (21/4/2020).


Untuk menekan jumlah impor ini, Honesti menyebut perusahaan farmasi pelat merah ini melakukan inisiatif untuk membangun pabrik bahan baku sendiri melalui PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Kimia Farma dan PT Indofarma Tbk (INAF) masuk dalam anggota holding di bawah Bio Farma.

Dengan upaya ini, katanya, diharapkan terjadi penurunan ketergantungan impor menjadi tinggal 75% di tahun depan, berkurang 15% dari kondisi saat ini sekitar 90% impor.

Namun demikian, upaya ini tak hanya perlu dilakukan oleh perusahaan farmasi pelat merah saja melainkan juga oleh ratusan perusahaan farmasi swasta lainnya.

Mengingat jumlah produsen farmasi di dalam negeri jumlahnya mencapai 200 perusahaan, sementara perusahaan BUMN ini hanya menguasai 7%-10% market share secara nasional.

Selain itu, dibutuhkan juga upaya pemerintah untuk mendorong pengembangan industri kimia dasar di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku farmasi.


"Yang kami lakukan sudah bikin roadmap [peta jalan] dan pemerintah perlu memotivasi industri kimia dasar untuk mulai memikirkan bahan baku Farmasi. KPI [key performance index] jangan ke farmasi BUMN saja tapi semua farmasi Indonesia minimal bisa produksi bahan baku untuk produknya sendiri, itu bisa juga dilakukan kolaborasi," terang dia.

"Kalau BUMN saja meski effort full speed di 2021 cuma bisa kurang 90% jadi 75%. Jadi untuk bisa 0% butuh kerja sama pemain lain untuk produksi bahan baku," tandasnya.

Pada 16 Maret lalu, Menteri Erick Thohir menyebut ketergantungan Indonesia dengan bahan baku dari impor menyebabkan banyaknya munculnya praktik-praktik kotor yang dilakukan oleh mafia.

"Kita yang harus peduli antara bangsa kita. Jangan semuanya ujung-ujungnya duit terus. Akhirnya kita terjebak short term policy [kebijakan jangka pendek]. Didominasi oleh mafia-mafia, trader-trader itu. Kita harus lawan dan Pak Jokowi punya keberpihakan itu," kata Erick di Jakarta, Kamis (16/4/2020).

Untuk itu dia mengharapkan agar seluruh pihak bekerjasama untuk menumpas praktik-praktik kotor tersebut.

Dia menyebutkan, hal ini bermula dari kebutuhan alat kesehatan dan farmasi dalam negeri yang masih bergantung pada pemenuhan dari luar negeri. Jumlahnya pun mencapai 90%, hanya 10% saja bahan baku yang bisa dipenuhi dari dalam negeri.

"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak, janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku musti impor. Saya minta semua yang hadir di sini punya komitmen secara pribadi, kita harus bongkar hal-hal itu," kata dia.



[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Covid-19 Melandai, Cuan BUMN Farmasi Menguap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular