
Harga Minyak Minus, Jangan Panik Dulu!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 April 2020 13:37

Harga minyak mentah sudah diprediksi akan minus oleh Direktur Pelaksana Muzuho Securities, Paul Sankey pada pertengahan Maret lalu. "Harga minyak bisa menjadi minus," tulis Sankey, (18/3/2020) lalu sebagaimana dilansir Fox Business.
Sankey menjelaskan, harga minus bisa terjadi saat ketika biaya penyimpanan minyak mentah menjadi mahal, sementara permintaan sangat rendah. Sehingga produsen akan memberikan minyaknya secara gratis plus diberi uang, sehingga bisa menekan biaya penyimpanan yang mahal.
"Realitas di pasar fisik, minyak mentah terus diproduksi dan itu harus dikonsumsi atau disimpan. Ketika biaya penyimpanan menjadi tinggi, atau tempat penyimpanan habis, perusahaan mungkin membayar konsumennya untuk membawa minyak mentah tersebut," kata Sankey.
"Harga minus terjadi saat suplai melebihi permintaan, sehingga memerlukan tempat penyimpanan. Harga negatif secara sederhana adalah ketika biaya penyimpanan lebih tinggi dibandingkan harga minyak di pasar," paparnya.
Penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) yang menyebabkan penurunan hingga terhentinya aktivitas ekonomi di banyak negara. Dampaknya, permintaan minyak mentah pun merosot drastis dan harganya terseret turun.
Harga minyak mentah bahkan masih merosot meski Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak (OPEC) bersama Rusia dan negara lainnya telah sepakat memangkas produksinya.
OPEC, Rusia dkk atau yang disebut OPEC+ sepakat memangkas produksi minyaknya sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) pada Kamis (9/4/2020) pekan lalu. Pemangkasan tersebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah, dan akan dilakukan pada Mei-Juni.
Sementara di sisa tahun setelahnya, jumlah pemangkasan akan dikurangi menjadi 7,7 juta bph, dan mulai Januari 2021 sampai April 2022 diturunkan lagi menjadi 5,8 juta bph.
Sayangnya meski pemangkasan produksi yang dilakukan terbesar sepanjang sejarah, permintaan minyak mentah diprediksi turun lebih besar lagi. International Energy Agency (IEA) hari ini memberikan proyeksi permintaan minyak mentah akan menurun hingga 29 juta barel per hari di bulan April dibandingkan tahun lalu, ke level terendah dalam 25 tahun terakhir.
Prediksi penurunan tersebut tiga kali lipat lebih besar ketimbang pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC+, apalagi bariu akan dilakukan pada bulan Mei, sehingga oversupply yang besar tentunya terjadi di bulan ini. Pantas saja harga minyak mentah bisa minus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Sankey menjelaskan, harga minus bisa terjadi saat ketika biaya penyimpanan minyak mentah menjadi mahal, sementara permintaan sangat rendah. Sehingga produsen akan memberikan minyaknya secara gratis plus diberi uang, sehingga bisa menekan biaya penyimpanan yang mahal.
"Realitas di pasar fisik, minyak mentah terus diproduksi dan itu harus dikonsumsi atau disimpan. Ketika biaya penyimpanan menjadi tinggi, atau tempat penyimpanan habis, perusahaan mungkin membayar konsumennya untuk membawa minyak mentah tersebut," kata Sankey.
Penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) yang menyebabkan penurunan hingga terhentinya aktivitas ekonomi di banyak negara. Dampaknya, permintaan minyak mentah pun merosot drastis dan harganya terseret turun.
Harga minyak mentah bahkan masih merosot meski Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak (OPEC) bersama Rusia dan negara lainnya telah sepakat memangkas produksinya.
OPEC, Rusia dkk atau yang disebut OPEC+ sepakat memangkas produksi minyaknya sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) pada Kamis (9/4/2020) pekan lalu. Pemangkasan tersebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah, dan akan dilakukan pada Mei-Juni.
Sementara di sisa tahun setelahnya, jumlah pemangkasan akan dikurangi menjadi 7,7 juta bph, dan mulai Januari 2021 sampai April 2022 diturunkan lagi menjadi 5,8 juta bph.
Sayangnya meski pemangkasan produksi yang dilakukan terbesar sepanjang sejarah, permintaan minyak mentah diprediksi turun lebih besar lagi. International Energy Agency (IEA) hari ini memberikan proyeksi permintaan minyak mentah akan menurun hingga 29 juta barel per hari di bulan April dibandingkan tahun lalu, ke level terendah dalam 25 tahun terakhir.
Prediksi penurunan tersebut tiga kali lipat lebih besar ketimbang pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC+, apalagi bariu akan dilakukan pada bulan Mei, sehingga oversupply yang besar tentunya terjadi di bulan ini. Pantas saja harga minyak mentah bisa minus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Most Popular