Secercah Harapan dari Wabah Corona, Minyak Mentah Melesat 2%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 February 2020 15:05
IEA meramal permintaan minyak pada kuartal pertama 2020 akan terkontraksi sebanyak 435.000 barel per hari (bpd).
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah melesat lebih dari 2% di pekan ini, meski sedang dibayangi penurunan permintaan akibat wabah virus corona yang melanda China dan beberapa negara lainnya.

Harga minyak jenis Brent melesat naik 2,08% ke US$ 58,5/barel dan jenis West Texas Intermediate (WTI) 2,07% ke US$ 53,44/barel.

Wabah virus corona atau Covid-19 diprediksi akan menekan pertumbuhan ekonomi China, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia.

Berdasarkan data dari ArcGis dari Johns Hopkins CSSE hingga saat ini Covid-19 sudah menewaskan 2.360 orang dan menjangkiti 77.661 orang di berbagai negara. Dari angka tersebut, sebanyak 13 korban meninggal di luar China yang merupakan pusat wabah Covid-19.

Hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%.



Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.



Menurut Agensi Energi Internasional (IEA), Konsekuensi dari merebaknya COVID-19 terhadap permintaan minyak akan signifikan. IEA meramal permintaan minyak pada kuartal pertama 2020 akan terkontraksi sebanyak 435.000 barel per hari (bpd).

IEA juga menyebutkan permintaan minyak akan mulai berangsur pulih pada kuartal kedua tahun ini, naik 1,2 juta bpd dan kemudian naik lagi pada 1,5 juta bpd pada kuartal ketiga setelah China memberikan stimulus untuk perekonomiannya.

Tetapi di balik wabah tersebut terselip kabar bagus di pekan ini. CNBC International yang mengutip media China melaporkan lebih dari 80% BUMN atau sekitar 20.000 anak perusahaan manufaktur sudah mulai beroperasi di Negeri Tiongkok.

Kembali beroperasinya sektor manufaktur tersebut berarti permintaan akan minyak mentah perlahan akan kembali pulih.



Selain itu bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) juga beraksi untuk meredam dampak virus corona ke perekonomian.

Di awal pekan ini, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sekali lagi bertindak guna meredam dampak wabah virus corona ke perekonomian.

Di awal pekan ini PBoC menurunkan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.

Kamis lalu giliran LPR yang diturunkan, tenor setahun menjadi 4,05% dari 4,15%, dan tenor lima tahun turun 4,75% menjadi 4,8%.

Bukan di pekan ini saja China bertindak, di awal bulan lalu PBoC sudah menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari i menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55%. Selain itu PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.

Upaya PBoC tersebut membuat harga minyak mentah yang menyentuh level terlemah sejak Januari 2019 pada Senin pekan lalu akhirnya terus bergerak naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sudah Anjlok Dalam, Saatnya Harga Minyak Naik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular