Kasus COVID-19 di China Meningkat, Pelaku Pasar Jadi Galau
18 April 2020 16:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan global masih akan digerakkan oleh pandemi corona (Covid-19). Covid-19 yang mulai melambat membuat pelaku pasar nampak girang di awal pekan ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penambahan jumlah kasus sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu.
Terbaru, pada 10 April terjadi penambahan kasus 5,92% sehingga total menjadi 1,52 juta kasus. Laju penambahan satu digit persentase tersebut menunjukkan penyebaran Covid-19 sudah mulai melandai secara global dan bisa menjadi kabar bagus.
Sayangnya, kabar kurang bagus kembali datang dari China yang kini kembali mengalami kenaikan kasus dua kali lipat. Komisi Kesehatan China (NHC) melaporkan pada 11 April terjadi penambahan sebanyak 99 kasus Covid-19. Angka tersebut bertambah lebih dari dua kali lipat hari sebelumnya, di mana kasus baru yang dilaporkan sebanyak 46 kasus.
Dari total kasus baru kemarin, sebanyak 97 di antaranya merupakan kasus "impor" atau orang-orang yang baru datang ke China dari luar negeri. Sementara 2 lainnya merupakan transmisi lokal.
Berkaca dari Singapura, "serangan" virus corona gelombang kedua bisa terjadi akibat kasus "impor" dan mengakibatkan penambahan kasus yang sangat signifikan. Singapura merupakan negara yang sejak awal terpapar Covid-19 saat awal kemunculannya. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.
Kini, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran Covid-19.
Zhang Wenhong, pemimpin tim penanggulangan Covid-19 Shanghai mengatakan China harus mempersiapkan diri menghadapi puncak kasus "impor". "Meski China sudah membuat beberapa pencapaian di tahap awal, kita perlu tetap berhati-hati dan berdeterminasi untuk memerangi pandemi ini dalam beberapa waktu ke depan" kata Zhang dalam wawancara dengan Caixin, sebagaiamana dilansir Nikkei Asian Review.
Zhang memprediksi puncak penyebaran gelombang kedua bisa terjadi setelah musim gugur atau di penghujung tahun ini. China tentunya harus bersiap meredam penyebaran Covid-19 melalui kasus impor agar tidak terjadi "serangan" gelombang kedua seperti yang dihadapi Singapura.
Selain dari China, Tren penyebaran kasus di Indonesia tentunya juga menjadi perhatian pelaku pasar dalam negeri. Sejauh ini, Indonesia sedang mengalami tren kenaikan, sebab kasus pertama baru dilaporkan di awal bulan Maret.
(dob/dob)
Terbaru, pada 10 April terjadi penambahan kasus 5,92% sehingga total menjadi 1,52 juta kasus. Laju penambahan satu digit persentase tersebut menunjukkan penyebaran Covid-19 sudah mulai melandai secara global dan bisa menjadi kabar bagus.
Sayangnya, kabar kurang bagus kembali datang dari China yang kini kembali mengalami kenaikan kasus dua kali lipat. Komisi Kesehatan China (NHC) melaporkan pada 11 April terjadi penambahan sebanyak 99 kasus Covid-19. Angka tersebut bertambah lebih dari dua kali lipat hari sebelumnya, di mana kasus baru yang dilaporkan sebanyak 46 kasus.
Dari total kasus baru kemarin, sebanyak 97 di antaranya merupakan kasus "impor" atau orang-orang yang baru datang ke China dari luar negeri. Sementara 2 lainnya merupakan transmisi lokal.
Berkaca dari Singapura, "serangan" virus corona gelombang kedua bisa terjadi akibat kasus "impor" dan mengakibatkan penambahan kasus yang sangat signifikan. Singapura merupakan negara yang sejak awal terpapar Covid-19 saat awal kemunculannya. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.
Kini, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran Covid-19.
Zhang Wenhong, pemimpin tim penanggulangan Covid-19 Shanghai mengatakan China harus mempersiapkan diri menghadapi puncak kasus "impor". "Meski China sudah membuat beberapa pencapaian di tahap awal, kita perlu tetap berhati-hati dan berdeterminasi untuk memerangi pandemi ini dalam beberapa waktu ke depan" kata Zhang dalam wawancara dengan Caixin, sebagaiamana dilansir Nikkei Asian Review.
Zhang memprediksi puncak penyebaran gelombang kedua bisa terjadi setelah musim gugur atau di penghujung tahun ini. China tentunya harus bersiap meredam penyebaran Covid-19 melalui kasus impor agar tidak terjadi "serangan" gelombang kedua seperti yang dihadapi Singapura.
Selain dari China, Tren penyebaran kasus di Indonesia tentunya juga menjadi perhatian pelaku pasar dalam negeri. Sejauh ini, Indonesia sedang mengalami tren kenaikan, sebab kasus pertama baru dilaporkan di awal bulan Maret.
Artikel Selanjutnya
Tambah Kaltara, Corona Sudah Menginfeksi 29 Provinsi di RI
(dob/dob)