
IHSG Melesat 3% Lebih, Asing Masih Net Sell Rp 500 M Lebih
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 April 2020 15:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat di perdagangan Jumat (17/4/2020). Sentimen positif datang dari Negeri Adikuasa, Amerika Serikat (AS), mengenai perkembangan kasus penyakit virus corona (COVID-19).
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat ke di zona hijau. IHSG tidak sekalipun masuk ke zona merah, hingga akhir sesi I berada di level 4.610.365, menguat 2,9%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 4,2 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 237,32 miliar.
Memasuki perdagangan sesi II, penguatan IHSG semakin terakselerasi hingga mengakhiri perdagangan di level 4.634,821, menguat 3,44%.
Meski penguatan IHSG "tebal", sayangnya investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell) bahkan membengkak dibandingkan sesi I. Total sepanjang perdagangan hari ini, net sell asing sebesar 552,29 miliar.
Kabar bagus datang dari Amerika Serikat sejak dini hari tadi. Harapan akan segera berakhirnya pandemi COVID-19 kembali muncul setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien COVID-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, terlihat dari indeks berjangka Wall Street yang langsung melesat lebih dari 3% pagi ini. Penguatan indeks berjangka menjadi indikasi jika bursa saham AS akan melesat saat perdagangan dibuka nanti.
Bursa saham Asia pun menghijau pada hari ini, meski China melaporkan perekonomiannya mengalami kontraksi dalam di kuartal I-2020. Pemerintah China melaporkan produk domestic bruto (PDB) di kuartal I-2020 minus 6,8% alias berkontraksi sangat dalam. Laporan kontraksi tersebut juga lebih dalam dari hasil survei Reuters yang memprediksi minus 6,5%.
Raksasa dirgantara AS, Boeing bahkan sudah mengumumkan akan memulai kembali produksinya pada 20 April mendatang. Sebanyak 27.000 karyawan atau sekitar 17% dari total karyawan Boeing akan kembali bekerja di pabrik Seattle. Boeing akan menerapkan langkah-langkah social distancing baru guna menghindari penyebaran COVID-19 saat pabrik kembali beroperasi.
Kabar bagus dari Negeri Adikuasa tersebut membuat pelaku pasar kembali ceria setelah dua hari terakhir dibuat murung oleh proyeksi resesi global dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, IMF memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.
Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai negara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di muka bumi ini diprediksi terkontraksi (-5,9%). Rencana Presiden Trump melonggarkan lockdown membuka harapan kontraksi ekonomi tidak akan sedalam proyeksi IMF.
Selain obat dari Gilead yang efektif melawan virus corona, laju penyebaran COVID-19 di AS juga sudah mulai melambat. Data US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) menyebutkan jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam adalah 632.548. Bertambah 4,49% dibandingkan hari sebelumnya.
Kenaikan 4,49% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan hari sebelumnya yang sebesar 4,56%. Sejak 8 April, persentase kenaikan kasus corona di AS bertahan di kisaran satu digit dengan kecenderungan menurun.
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) yang diberlakukan di banyak negara bagian. Pelonggaran itu akan dilakukan secara bertahap.
"Kami tidak membuka begitu saja, tetapi selangkah demi selangkah. Lockdown yang terlalu lama ditambah dengan depresi ekonomi yang menyertainya malah membuat masalah bagi kesehatan masyarakat. Akan lebih banyak kasus penyalahgunaan obat-obatan, kecanduan alkohol, kecenderungan bunuh diri, atau penyakit jantung," tegas Trump, sebagaimana diberitakan Reuters.
Sebelumnya Eropa sudah lebih dulu melonggarkan lockdown setelah penyebaran COVID-19 melambat.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengizinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu, Italia mulai mengizinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
Hingga Kamis kemarin, di Spanyol ada lebih dari 177 ribu kasus, Italia lebih dari 165 ribu, dan Jerman lebih dari 130 ribu kasus positif COVID-19. Meski demikian, dalam beberapa hari terakhir tren penambahan kasus per harinya menurun.
Dengan pelambatan penyebaran di negara-negara barat, kemungkinan pandemi COVID-19 sudah mencapai puncaknya semakin besar yang membuat sentimen pelaku pasar membaik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Ada Corona Varian Lokal Indonesia, Awas IHSG Jeblok Lagi!
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat ke di zona hijau. IHSG tidak sekalipun masuk ke zona merah, hingga akhir sesi I berada di level 4.610.365, menguat 2,9%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 4,2 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 237,32 miliar.
Memasuki perdagangan sesi II, penguatan IHSG semakin terakselerasi hingga mengakhiri perdagangan di level 4.634,821, menguat 3,44%.
Kabar bagus datang dari Amerika Serikat sejak dini hari tadi. Harapan akan segera berakhirnya pandemi COVID-19 kembali muncul setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien COVID-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, terlihat dari indeks berjangka Wall Street yang langsung melesat lebih dari 3% pagi ini. Penguatan indeks berjangka menjadi indikasi jika bursa saham AS akan melesat saat perdagangan dibuka nanti.
Bursa saham Asia pun menghijau pada hari ini, meski China melaporkan perekonomiannya mengalami kontraksi dalam di kuartal I-2020. Pemerintah China melaporkan produk domestic bruto (PDB) di kuartal I-2020 minus 6,8% alias berkontraksi sangat dalam. Laporan kontraksi tersebut juga lebih dalam dari hasil survei Reuters yang memprediksi minus 6,5%.
Raksasa dirgantara AS, Boeing bahkan sudah mengumumkan akan memulai kembali produksinya pada 20 April mendatang. Sebanyak 27.000 karyawan atau sekitar 17% dari total karyawan Boeing akan kembali bekerja di pabrik Seattle. Boeing akan menerapkan langkah-langkah social distancing baru guna menghindari penyebaran COVID-19 saat pabrik kembali beroperasi.
Kabar bagus dari Negeri Adikuasa tersebut membuat pelaku pasar kembali ceria setelah dua hari terakhir dibuat murung oleh proyeksi resesi global dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, IMF memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.
Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai negara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di muka bumi ini diprediksi terkontraksi (-5,9%). Rencana Presiden Trump melonggarkan lockdown membuka harapan kontraksi ekonomi tidak akan sedalam proyeksi IMF.
Selain obat dari Gilead yang efektif melawan virus corona, laju penyebaran COVID-19 di AS juga sudah mulai melambat. Data US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) menyebutkan jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam adalah 632.548. Bertambah 4,49% dibandingkan hari sebelumnya.
Kenaikan 4,49% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan hari sebelumnya yang sebesar 4,56%. Sejak 8 April, persentase kenaikan kasus corona di AS bertahan di kisaran satu digit dengan kecenderungan menurun.
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) yang diberlakukan di banyak negara bagian. Pelonggaran itu akan dilakukan secara bertahap.
"Kami tidak membuka begitu saja, tetapi selangkah demi selangkah. Lockdown yang terlalu lama ditambah dengan depresi ekonomi yang menyertainya malah membuat masalah bagi kesehatan masyarakat. Akan lebih banyak kasus penyalahgunaan obat-obatan, kecanduan alkohol, kecenderungan bunuh diri, atau penyakit jantung," tegas Trump, sebagaimana diberitakan Reuters.
Sebelumnya Eropa sudah lebih dulu melonggarkan lockdown setelah penyebaran COVID-19 melambat.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengizinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu, Italia mulai mengizinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
Hingga Kamis kemarin, di Spanyol ada lebih dari 177 ribu kasus, Italia lebih dari 165 ribu, dan Jerman lebih dari 130 ribu kasus positif COVID-19. Meski demikian, dalam beberapa hari terakhir tren penambahan kasus per harinya menurun.
Dengan pelambatan penyebaran di negara-negara barat, kemungkinan pandemi COVID-19 sudah mencapai puncaknya semakin besar yang membuat sentimen pelaku pasar membaik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Ada Corona Varian Lokal Indonesia, Awas IHSG Jeblok Lagi!
Most Popular