Rupiah Ganas! Dolar Singapura Melemah ke Bawah Rp 10.800/SG$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 April 2020 11:07
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dolar Singapura (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah tajam melawan rupiah pada perdagangan Jumat (17/4/2020) hingga ke bawah Rp 10.800/US$. Sentimen pelaku pasar yang kembali membaik ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi kembali diuntungkan.

Pada pukul 9:48 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.784,31, dolar Singapura ambles 1,27% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Kabar bagus datang dari Amerika Serikat sejak dini hari tadi. Harapan akan segera berakhirnya pandemi COVID-19 kembali muncul setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.

CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien COVID-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.



Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, terlihat dari indeks berjangka Wall Street yang langsung melesat lebih dari 3% pagi ini.

Penguatan indeks berjangka menjadi indikasi jika bursa saham AS akan melesat saat perdagangan dibuka nanti.

Bursa saham Asia pun menghijau pada pagi ini, meski China melaporkan perekonomiannya mengalami kontraksi dalam di kuartal I-2020. Pemerintah China melaporkan produk domestic bruto (PDB) di kuartal I-2020 minus 6,8% alias berkontraksi sangat dalam. Laporan kontraksi tersebut juga lebih dalam dari hasil survei Reuters yang memprediksi minus 6,5%.

Meski demikian, data tersebut tidak terlalu mempengaruhi sentimen pelaku pasar akibat adanya kabar bagus dari AS. 

Sementara itu Singapura kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19 yang sangat signifikan. Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan Kamis kemarin ada penambahan kasus sebanyak 728 orang, yang menjadi rekor harian terbanyak. Rekor sebelumnya tercatat pada hari Rabu sebanyak 447 kasus.

Ini berarti, Singapura sedang mengalami tren kenaikan kasus COVID-19.



Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat sebanyak 4.427 kasus, dibandingkan 200-an pada pertengahan Maret lalu.

Pada pekan lalu, Pemerintah Singapura sudah resmi menerapkan aturan "semi-lockdown" atau yang disebut dengan "circuit breaker". Warga diminta untuk tetap di rumah, tempat kerja ditutup mulai Selasa (7/4/2020) kemarin, dan sekolah diliburkan sehari setelahnya.

Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka. Status ini, menurut Perdana Menteri Lee Hsien Loong dilakukan guna memutus rantai penyebaran pandemi corona.

Kebijakan tersebut belum efektif meredam penyebaran virus corona. Penambahan kasus baru tiap harinya masih meningkat, bahkan mencapai rekor terbanyak Kamis kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular