
Harga Emas Global Diramal Tembus US$ 1.800/oz, Siap Borong?

Mengacu aturan di pasar, satu troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 1.800 per troy ons yang diproyeksikan Commerzbank dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 57,88 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 15.787/US$, maka prediksi harga emas berada di Rp 929.539/gram.
Prediksi ini sama dengan yang sudah disampaikan analis platform perdagangan online OANDA. "Reli [harga] emas terbatas karena optimisme [investor] terus tumbuh ketika puncak dari wabah virus corona sudah dekat," kata Ed Moya, analis OANDA, melansir Investing.com.
"Investor seharusnya tidak terkejut dengan volatilitas emas, dan sementara reli [harga emas] tampaknya sudah berada di titik jenuh beli, prospek kenaikan [bullish] tetap kuat," tambah Moya. "[Harga] emas akan mendapat dukungan cukup besar dari dari level US$ 1.650/troy ons dan akhirnya menuju level US$ 1.800/troy ons."
Pada perdagangan Kamis kemarin (16/4), harga emas dunia kembali menguat setelah turun dari rekor penutupan tertinggi sejak tahun 2012. Pada pukul 17:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.721/troy ons, menguat 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rabu lalu, harga emas dunia berakhir melemah 0,69% dari rekor penutupan tertinggi sejak November 2012 US$ 1.727,7/troy ons sehari sebelumnya.
Analis dari Commerzbank mengatakan investor kini tidak hanya melihat emas sebagai aset aman (safe haven) tetapi juga "jalur penyelamatan terakhir" di tengah penyebaran penyakit virus corona (Covid-19), yang membuat negara-negara menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter dalam jumlah besar.
Pandemi Covid-19 yang membawa perekonomian global ke resesi, akibat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown), yang menyebabkan aktivitas ekonomi menurun bahkan terhenti.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.
Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.
"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, membuat investor kembali melihat emas sebagai aset aman (safe haven).
Selain itu, pandemi Covid-19 juga membuat bang sentral di berbagai negara menurunkan suku bunga acuan, hingga menerapkan kebijakan moneter yang tidak biasa (unconventional), guna menjaga likuiditas di perekonomian.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi yang paling agresif, dengan membabat habis suku bunganya menjadi 0-0,25%, dan menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas.
Selain itu, pemerintah di berbagai negara juga menggelontorkan stimulus fiskal, yang terbesar lagi-lagi AS sang Negeri Adikuasa dengan nilai US$ 2 triliun.
Suku bunga rendah, kebijakan moneter unconventional, serta stimulus fiskal menjadi kondisi yang mendukung harga emas untuk terus menguat.
"Dampak parah dari lockdown ke perekonomian dan pasar keuangan, pemerintah dan bank sentral yang membanjiri perekonomian serta membengkaknya utang negara membuat permintaan emas meningkat sebagai safe haven dan jalur penyelamatan terakhir," kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank sebagaimana dikutip Kitco.
"Oleh karena itu, kami menaikkan proyeksi harga emas di akhir tahun menjadi US$ 1.800/troy ons (dari sebelumnya US$ 1.650/troy ons). Proyeksi tersebut berdasarkan ekspektasi pandemi Covid-19 berhasil diatasi pada semester II, dan situasi di pasar mulai tenang" ujar Fritsch.
Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada Kamis kemarin (16/4/2020) turun 0,45% sebesar Rp 4.000 menjadi Rp 890.000/gram, dari harga hari sebelumnya Rp 894.000/gram.
Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia, harga emas Antam ukuran 100 gram merosot 0,45% berada di Rp 89 juta dari harga kemarin Rp 89,4 juta per batang.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.
Adapun khusus harga 1 gram emas Antam juga turun Rp 4.000 menjadi Rp 939.000/gram.
Harga emas Antam mengalami penurunan seiring dengan fluktuasi harga emas dunia di pasar spot saat dolar AS alias greenback menguat di tengah aksi jual di pasar ekuitas akibat kekhawatiran resesi global dari pandemi virus corona.
"Emas telah mengikuti pasar ekuitas, dan ekuitas dilepas. Itu menyebabkan volatilitas dan seiring dengan dolar AS yang lebih kuat, itu membuat orang menyesuaikan portofolio mereka sebagai tanggapan, "kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga turun 0,36% atau Rp 3.000 ditetapkan pada Rp 837.000/gram, dari posisi Rabu yakni Rp 840.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Harga Emas Antam Tembus Rp 919.000/gram, Beli Ga Nih?
