
Asing Cabut Rp 1 Triliun Lebih, IHSG Ambles 3,14%
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2020 15:42

Meski perekonomian global termasuk Indonesia merosot tajam di tahun ini, tetapi ketika pandemi COVID-19 berhasil ditanggulangi perekonomian akan segera bangkit.
China sudah memberikan gambaran mampu segera bangkit ketika pandemi COVID-19 bisa semakin ditekan, hingga dihentikan penyebarannya.
China sudah sukses meredam penyebaran virus corona, meski kini sedang menghadapi penyebaran dari kasus "impor" atau mudiknya orang-orang China yang tinggal di luar negeri, tetapi jumlahnya tidak signifikan dibandingkan penyebaran lokal yang terjadi sejak awal tahun. Akfivitas ekonomi Negeri Tiongkok pun berangsur-angsur pulih kembali.
Akhir Maret lalu, Purchasing managers' index (PMI) manufaktur China di bulan Maret dilaporkan sebesar 52, melesat dibandingkan bulan Februari 35,7.
Indeks PMI di atas 50 berarti sektor manufaktur sudah kembali berekspansi di bulan ini. Sementara di bawah 50 berarti kontraksi.
Kemudian, data neraca perdagangan Negeri Tiongkok yang dirilis Selasa kemarin memberikan gambaran yang sama. Memang ekspor dan impor Negeri Tiongkok menunjukkan penurunan, tetapi tidak seburuk prediksi.
Ekspor China denominasi dolar AS pada bulan Maret turun 6,6% year-on-year (YoY) jauh lebih baik dibandingkan prediksi Reuters yakni penurunan sebesar 14% YoY. Sementara impor pada periode yang sama turun 0,9% YoY, lebih bagus daripada prediksi penurunan 9,5% YoY.
Akibatnya neraca dagang China mengalami surplus US$ 19,9 miliar, lebih tinggi ketimbang prediksi US$ 18,55 miliar.
Rilis data yang lebih baik dari prediksi menunjukkan roda perekonomian China mulai berputar kembali pasca dihantam pandemi virus corona (COVID-19).
IMF dalam laporan terbarunya juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melesat di tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan tumbuh 5,8% sementara perekonomian Indonesia sendiri diramal akan tumbuh 8,2% tahun depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
China sudah memberikan gambaran mampu segera bangkit ketika pandemi COVID-19 bisa semakin ditekan, hingga dihentikan penyebarannya.
China sudah sukses meredam penyebaran virus corona, meski kini sedang menghadapi penyebaran dari kasus "impor" atau mudiknya orang-orang China yang tinggal di luar negeri, tetapi jumlahnya tidak signifikan dibandingkan penyebaran lokal yang terjadi sejak awal tahun. Akfivitas ekonomi Negeri Tiongkok pun berangsur-angsur pulih kembali.
Indeks PMI di atas 50 berarti sektor manufaktur sudah kembali berekspansi di bulan ini. Sementara di bawah 50 berarti kontraksi.
Kemudian, data neraca perdagangan Negeri Tiongkok yang dirilis Selasa kemarin memberikan gambaran yang sama. Memang ekspor dan impor Negeri Tiongkok menunjukkan penurunan, tetapi tidak seburuk prediksi.
Ekspor China denominasi dolar AS pada bulan Maret turun 6,6% year-on-year (YoY) jauh lebih baik dibandingkan prediksi Reuters yakni penurunan sebesar 14% YoY. Sementara impor pada periode yang sama turun 0,9% YoY, lebih bagus daripada prediksi penurunan 9,5% YoY.
Akibatnya neraca dagang China mengalami surplus US$ 19,9 miliar, lebih tinggi ketimbang prediksi US$ 18,55 miliar.
Rilis data yang lebih baik dari prediksi menunjukkan roda perekonomian China mulai berputar kembali pasca dihantam pandemi virus corona (COVID-19).
IMF dalam laporan terbarunya juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melesat di tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan tumbuh 5,8% sementara perekonomian Indonesia sendiri diramal akan tumbuh 8,2% tahun depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Most Popular