Dolar Singapura Menguat, tapi Masih di Bawah Rp 11.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2020 10:33
dollar singapura (Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (16/4/2020) meski masih di bawah Rp 11.000/US$. Sentimen pelaku pasar yang kurang bagus, serta rupiah yang sudah menguat tajam sejak pekan lalu membuat kurs dolar Singapura rebound.

Pada pukul 10:10 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.966,73, dolar Singapura menguat 0,45% di pasar spot melansir data Refinitiv.

Rabu kemarin, mata uang Negeri Merlion ini melemah 1,12%, dan jika dilihat sejak pekan lalu, pelemahan tercatat sebesar 4,49%.

Sentimen pelaku pasar menjadi kurang bagus setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merilis outlook perekonomian global yang terbaru.



Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, IMF memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, yang cukup membuat sentimen pelaku pasar memburuk, yang kurang menguntungkan bagi rupiah yang merupakan mata uang emerging market.

Sementara itu dolar Singapura sebenarnya juga tidak dalam kondisi bagus akibat lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19).

Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan pada 15 April kemarin terjadi penambahan kasus sebanyak 447. Ini menjadi rekor terbanyak penambahan kasus per hari di Singapura, total kini sudah ada 3.699 kasus.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar Covid-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat sebanyak 3.252 kasus, naik 1.500% lebih dibandingkan pertengahan Maret lalu.



Pada pekan lalu, Pemerintah Singapura sudah resmi menerapkan aturan "semi-lockdown" atau yang disebut dengan "circuit breaker". Warga diminta untuk tetap di rumah, tempat kerja ditutup mulai Selasa (7/4/2020) kemarin, dan sekolah diliburkan sehari setelahnya.

Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka. Status ini, menurut Perdana Menteri Lee Hsien Loong dilakukan guna memutus rantai penyebaran pandemi corona.

Tetapi nyatanya kebijakan tersebut belum mampu meredam penyebaran Covid-19, justru yang terjadi lonjakan kasus sejak pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]





(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular