
Round Up Global
Ekonomi Dunia Kontraksi 3%, Negara-negara Ini Resesi
Rehia Sebayang & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
16 April 2020 07:02
![[DALAM] Resesi](https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/08/15/b4ec13f2-42ff-4723-9ffa-66214d3f216a_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi global harus bersiap diri pada situasi terburuk. Wajah membaiknya ekonomi di 2020, setelah terhantam Perang Dagang Amerika Serikat (AS) dan China di 2019, mungkin jadi harapan semu.
Pandemi corona (COVID-19) memaksa pembatasan sosial, disetopnya bisnis (shutdown) hingga penguncian wilayah (lockdown). Corona membuat sejumlah negara harus menghadapi kenyataan pelemahan ekonomi.
Dalam laporan terbarunya, Rabu (15/4/2020), IMF meramalkan ekonomi dunia bakal berkontraksi atau tumbuh negatif -3% di 2020, atau turun 6,3 poin persentase dibanding proyeksi Januari lalu yang 3,3%.
"Tahun ini sepertinya ekonomi global akan menghadapi resesi terburuk sejak Great Depression, krisis keuangan global yang terjadi beberapa dekade lalu," kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, dalam Outlook Ekonomi Global: The Great Lockdown.
"Krisis ini di mana semua ekonomi mengalami shock adalah sesuatu yang tak bisa dikontrol oleh kebijakan ekonomi." ujarnya dikutip CNBC International. Setidaknya hingga pandemi berakhir.
IMF mengatakan zona Eropa bakal terpukul paling parah dengan pertumbuhan -7,5%. PDB Italia dan Spanyol, yang memang jadi pusat pandemi di benua biru kontraksi 9,0% dan 8%.
AS sendiri yang jadi episentrum corona global akan berkontraksi 5,9%. China, tempat di mana virus berasal juga hanya akan tumbuh 1,2%. Kawasan ASEAN-5 berkontraksi 0,6%.
Ramalan IMF itu, bak gayung bersambut dengan kondisi sejumlah negara. Beberapa menyebut masuk dan dinilai ekonom sudah resesi di kuartal I 2020 ini
Ekonomi Jerman memasuki resesi pada Maret 2020 ini karena pandemi virus corona. Perlambatan bahkan diprediksi berlanjut sampai pertengahan tahun nanti.
Hal ini ditegaskan Kementerian Ekonomi Jerman, kemarin. Resesi adalah situasi di mana ekonomi berkontraksi atau minus dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.
"Runtuhnya permintaan global, gangguan rantai pasokan, perubahan perilaku konsumen dan ketidakpastian di kalangan investor berdampak pada Jerman," tulis kementerian dalam laporan bulanannya, dikutip dari Reuters.
Bahkan, jika langkah jarak sosial mereda, ekonomi belum akan pulih. Hanya akan membaik namun masih lambat.
Jerman sendiri memperpanjang pembatasan gerak warga untuk menekan corona hingga 3 Mei mendatang. Kebijakan ini dilakukan setelah Kanselir Angela Merkel melakukan video konferensi dengan 16 negara bagian untuk melihat situasi terkini Jerman.
Pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada kuartal II-2019 ekonomi Jerman sempat minus 0,2%, akan tetapi mampu terhindar dari resesi karena pada kuartal III-2019 ekonominya tumbuh 0,2%.
Bank Sentral Prancis (Bank of France) melaporkan pertumbuhan ekonomi Prancis pada kuartal I-2020 sebesar -6% pekan lalu. Ini merupakan kinerja terburuk sejak 1945.
Semua tak lepas dari pandemi yang telah memporak-porandakan perekonomian. Corona memaksa Prancis melakukan lockdown sejak 17 Maret lalu.
Seperti dilaporkan kantor berita AFP, data sebelumnya menunjukkan ekonomi Prancis -0,1% pada kuartal IV-2019. Dengan pertumbuhan negatif dua kuartal beruntun, maka secara teknis Prancis sudah memasuki resesi.
Bank Sentral Prancis melaporkan aktivitas ekonomi anjlok 32% dalam dua minggu terakhir pada bulan Maret, seiring dengan naiknya angka kasus konfirmasi positif di negara tersebut.
"Anda harus kembali menengok ke kuartal kedua 1968 (era pergolakan politik Mei 1968), untuk menemukan penurunan aktivitas yang serupa," tulis keterangan lembaga itu.
Dalam dua minggu terakhir, bank sentral juga harus menerima kenyataan ekonomi Prancis tumbuh -1,5% seiring dengan banyaknya angka terjangkit dan kematian dari virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 itu.
Selain itu, di antara sektor-sektor ekonomi yang paling parah terkena dampaknya merupakan industri konstruksi, transportasi, restoran, dan penginapan.
Ancaman resesi juga kembali ditegaskan Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire, kemarin. Namun ada sedikit revisi dari pernyataan Bank Sentral Prancis.
Prancis mungkin akan mengalami kontraksi ekonomi hingga 8%. Sebelum corona menyerang ekonomi Prancis sempat diramal di sekitar 1,3-1,5%.
Amerika Serikat (AS) sudah masuk ke dalam resesi dan akan tetap berada dalam lubang resesi untuk paruh pertama tahun ini.
Demikian menurut 45 ekonom yang disurvei oleh Asosiasi Nasional untuk Ekonomi Bisnis (National Association for Business Economics/ NABE).
"Para ekonom memperkirakan akan ada resesi yang tajam dan sementara untuk paruh pertama 2020 akibat pandemi virus corona sangat membatasi aktivitas ekonomi," kata lembaga itu, sebagaimana dilaporkan Reuters, pekan lalu.
Menurut NABE, PDB riil kemungkinan turun 2,4% pada kuartal pertama dan akan menurun lagi 26,5% pada kuartal kedua.
Selain itu, pasar tenaga kerja AS juga diperkirakan akan mengalami pukulan besar karena wabah corona telah memaksa berbagai bisnis tutup.
Tingkat pengangguran diperkirakan akan melonjak hingga 12% pada pertengahan tahun, sementara Amerika Serikat mungkin kehilangan 4,58 juta pekerjaan pada kuartal kedua, kata NABE.
Lebih lanjut, lembaga itu mengatakan bahwa tingginya angka pengangguran pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran warga, yang mana adalah pendorong utama ekonomi AS. Pengeluaran konsumen menyumbang sekitar 70% dari pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, para ekonom optimis ekonomi akan bangkit kembali pada paruh kedua tahun 2020. Pada periode itu ekonomi diperkirakan tumbuh hampir 6%.
"Perkiraan median menunjukkan kondisi akan membaik pada akhir tahun ini dengan dukungan dari stimulus fiskal dan moneter yang agresif," kata Presiden NABE, Constance Hunter.
Sebelumnya The Economist Inteliigence Unit (EIU) bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,8%.
China mungkin beruntung dibanding yang lainnya. Ekonomi tidak akan jatuh ke resesi.
Namun ekonomi diprediksi bakal terkontraksi untuk pertama kali dalam tiga dekade terakhir di kuartal-I 2020. Pandemi corona membuat segalanya macet di negeri itu.
Hal ini sesuai jajak pendapat sejumlah ekonom yang dilakukan AFP. Ada 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi China berkontraksi 8,2% dibanding kuartal pertama 2019 lalu.
PDB China selama setahun ini diramal sebesar 1,7%. Padahal sebelumnya di 2019, ekonomi tumbuh 6,1% sepanjang tahun.
"Jika prediksi ini benar, ini akan jadi pertumbuhan terburuk sejak 1976. Tahun di mana Ketua Partai Komunis Mao Zedong meninggal," tulis media itu, Rabu kemarin.
Seorang ekonom Moody's Analytics mengatakan penurunan ekonomi China lebih dari yang diperkirakan. Para pegawai di negeri itu sudah beraktivitas namun lebih lambat dari yang diperkirakan.
Meskipun diimbangi dukungan fiskal dan moneter, ini dianggap tidak akan mampu mengatasi persoalan. "Permintaan dunia tertekan untuk sisa tahun ini," katanya seraya memprediksi peningkatan angka pengangguran.
Ekonom JP Morgan China Zhu Haibin juga melihat hal demikian. "Risiko eksternal kemungkinan akan menahan pemulihan di kuartal II terutama untuk aktivitas manufaktur terkait ekspor China," ujarnya.
Lockdown yang dilakukan belahan dunia lain mengganggu rantai pasokan. Kasus corona dari luar (imported case) juga membuat China takut akan gelombang kedua corona dan membuat konsumsi dan permintaan domestik jauh dari normal.
(sef/sef) Next Article Terhindar dari Resesi, Ekonomi Jerman Tumbuh 0,1% di Q3 2019
Pandemi corona (COVID-19) memaksa pembatasan sosial, disetopnya bisnis (shutdown) hingga penguncian wilayah (lockdown). Corona membuat sejumlah negara harus menghadapi kenyataan pelemahan ekonomi.
"Tahun ini sepertinya ekonomi global akan menghadapi resesi terburuk sejak Great Depression, krisis keuangan global yang terjadi beberapa dekade lalu," kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, dalam Outlook Ekonomi Global: The Great Lockdown.
"Krisis ini di mana semua ekonomi mengalami shock adalah sesuatu yang tak bisa dikontrol oleh kebijakan ekonomi." ujarnya dikutip CNBC International. Setidaknya hingga pandemi berakhir.
IMF mengatakan zona Eropa bakal terpukul paling parah dengan pertumbuhan -7,5%. PDB Italia dan Spanyol, yang memang jadi pusat pandemi di benua biru kontraksi 9,0% dan 8%.
AS sendiri yang jadi episentrum corona global akan berkontraksi 5,9%. China, tempat di mana virus berasal juga hanya akan tumbuh 1,2%. Kawasan ASEAN-5 berkontraksi 0,6%.
Ramalan IMF itu, bak gayung bersambut dengan kondisi sejumlah negara. Beberapa menyebut masuk dan dinilai ekonom sudah resesi di kuartal I 2020 ini
Ekonomi Jerman memasuki resesi pada Maret 2020 ini karena pandemi virus corona. Perlambatan bahkan diprediksi berlanjut sampai pertengahan tahun nanti.
Hal ini ditegaskan Kementerian Ekonomi Jerman, kemarin. Resesi adalah situasi di mana ekonomi berkontraksi atau minus dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.
"Runtuhnya permintaan global, gangguan rantai pasokan, perubahan perilaku konsumen dan ketidakpastian di kalangan investor berdampak pada Jerman," tulis kementerian dalam laporan bulanannya, dikutip dari Reuters.
Bahkan, jika langkah jarak sosial mereda, ekonomi belum akan pulih. Hanya akan membaik namun masih lambat.
Jerman sendiri memperpanjang pembatasan gerak warga untuk menekan corona hingga 3 Mei mendatang. Kebijakan ini dilakukan setelah Kanselir Angela Merkel melakukan video konferensi dengan 16 negara bagian untuk melihat situasi terkini Jerman.
Pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada kuartal II-2019 ekonomi Jerman sempat minus 0,2%, akan tetapi mampu terhindar dari resesi karena pada kuartal III-2019 ekonominya tumbuh 0,2%.
Bank Sentral Prancis (Bank of France) melaporkan pertumbuhan ekonomi Prancis pada kuartal I-2020 sebesar -6% pekan lalu. Ini merupakan kinerja terburuk sejak 1945.
Semua tak lepas dari pandemi yang telah memporak-porandakan perekonomian. Corona memaksa Prancis melakukan lockdown sejak 17 Maret lalu.
Seperti dilaporkan kantor berita AFP, data sebelumnya menunjukkan ekonomi Prancis -0,1% pada kuartal IV-2019. Dengan pertumbuhan negatif dua kuartal beruntun, maka secara teknis Prancis sudah memasuki resesi.
Bank Sentral Prancis melaporkan aktivitas ekonomi anjlok 32% dalam dua minggu terakhir pada bulan Maret, seiring dengan naiknya angka kasus konfirmasi positif di negara tersebut.
"Anda harus kembali menengok ke kuartal kedua 1968 (era pergolakan politik Mei 1968), untuk menemukan penurunan aktivitas yang serupa," tulis keterangan lembaga itu.
Dalam dua minggu terakhir, bank sentral juga harus menerima kenyataan ekonomi Prancis tumbuh -1,5% seiring dengan banyaknya angka terjangkit dan kematian dari virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 itu.
Selain itu, di antara sektor-sektor ekonomi yang paling parah terkena dampaknya merupakan industri konstruksi, transportasi, restoran, dan penginapan.
Ancaman resesi juga kembali ditegaskan Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire, kemarin. Namun ada sedikit revisi dari pernyataan Bank Sentral Prancis.
Prancis mungkin akan mengalami kontraksi ekonomi hingga 8%. Sebelum corona menyerang ekonomi Prancis sempat diramal di sekitar 1,3-1,5%.
Amerika Serikat (AS) sudah masuk ke dalam resesi dan akan tetap berada dalam lubang resesi untuk paruh pertama tahun ini.
Demikian menurut 45 ekonom yang disurvei oleh Asosiasi Nasional untuk Ekonomi Bisnis (National Association for Business Economics/ NABE).
"Para ekonom memperkirakan akan ada resesi yang tajam dan sementara untuk paruh pertama 2020 akibat pandemi virus corona sangat membatasi aktivitas ekonomi," kata lembaga itu, sebagaimana dilaporkan Reuters, pekan lalu.
Menurut NABE, PDB riil kemungkinan turun 2,4% pada kuartal pertama dan akan menurun lagi 26,5% pada kuartal kedua.
Selain itu, pasar tenaga kerja AS juga diperkirakan akan mengalami pukulan besar karena wabah corona telah memaksa berbagai bisnis tutup.
Tingkat pengangguran diperkirakan akan melonjak hingga 12% pada pertengahan tahun, sementara Amerika Serikat mungkin kehilangan 4,58 juta pekerjaan pada kuartal kedua, kata NABE.
Lebih lanjut, lembaga itu mengatakan bahwa tingginya angka pengangguran pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran warga, yang mana adalah pendorong utama ekonomi AS. Pengeluaran konsumen menyumbang sekitar 70% dari pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, para ekonom optimis ekonomi akan bangkit kembali pada paruh kedua tahun 2020. Pada periode itu ekonomi diperkirakan tumbuh hampir 6%.
"Perkiraan median menunjukkan kondisi akan membaik pada akhir tahun ini dengan dukungan dari stimulus fiskal dan moneter yang agresif," kata Presiden NABE, Constance Hunter.
Sebelumnya The Economist Inteliigence Unit (EIU) bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,8%.
China mungkin beruntung dibanding yang lainnya. Ekonomi tidak akan jatuh ke resesi.
Namun ekonomi diprediksi bakal terkontraksi untuk pertama kali dalam tiga dekade terakhir di kuartal-I 2020. Pandemi corona membuat segalanya macet di negeri itu.
Hal ini sesuai jajak pendapat sejumlah ekonom yang dilakukan AFP. Ada 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi China berkontraksi 8,2% dibanding kuartal pertama 2019 lalu.
PDB China selama setahun ini diramal sebesar 1,7%. Padahal sebelumnya di 2019, ekonomi tumbuh 6,1% sepanjang tahun.
"Jika prediksi ini benar, ini akan jadi pertumbuhan terburuk sejak 1976. Tahun di mana Ketua Partai Komunis Mao Zedong meninggal," tulis media itu, Rabu kemarin.
Seorang ekonom Moody's Analytics mengatakan penurunan ekonomi China lebih dari yang diperkirakan. Para pegawai di negeri itu sudah beraktivitas namun lebih lambat dari yang diperkirakan.
Meskipun diimbangi dukungan fiskal dan moneter, ini dianggap tidak akan mampu mengatasi persoalan. "Permintaan dunia tertekan untuk sisa tahun ini," katanya seraya memprediksi peningkatan angka pengangguran.
Ekonom JP Morgan China Zhu Haibin juga melihat hal demikian. "Risiko eksternal kemungkinan akan menahan pemulihan di kuartal II terutama untuk aktivitas manufaktur terkait ekspor China," ujarnya.
Lockdown yang dilakukan belahan dunia lain mengganggu rantai pasokan. Kasus corona dari luar (imported case) juga membuat China takut akan gelombang kedua corona dan membuat konsumsi dan permintaan domestik jauh dari normal.
(sef/sef) Next Article Terhindar dari Resesi, Ekonomi Jerman Tumbuh 0,1% di Q3 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular