
Harga CPO Naik, tapi Sekuat Apa Lawan Dampak Corona?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 April 2020 15:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada hari ini bergerak menguat. Namun penguatan yang terjadi saat ini lebih mengindikasikan sentimen sesaat, mengingat dampak negatif pandemi corona terhadap ekonomi global sudah mulai terasa.
Pasar masih terus mencermati dinamika di lapangan dan perkembangan terbaru seputar wabah corona. Pandemi corona yang sudah menginfeksi 2 juta orang di dunia memang membuat keseimbangan antara supply dan demand terganggu untuk pasar komoditas salah satunya CPO.
Namun penguatan harga minyak mentah global yang dipicu oleh adanya harapan peningkatan cadangan penyangga (Strategic Petroleum Reserves/SPR) juga menjadi sentimen positif untuk harga CPO.
Pada Rabu (15/4/2020) harga CPO kontrak berjangka pengiriman tiga bulan naik 1,47% ke level RM 2.283/ton. Namun jika ditarik mundur hingga awal tahun harga CPO masih terkoreksi tajam.
Awal tahun harga CPO masih perkasa di level RM 3.000/ton. Kini harganya bergerak fluktuatif di rentang RM 2.200 - RM 2.400/ton. Selain sentimen positif yang datang dari kenaikan harga minyak, sentimen lain yang juga mendongkrak harga CPO adalah adanya indikasi kenaikan pengiriman jelang Ramadan.
"Ada tanda-tanda peningkatan pengiriman untuk musim Ramadhan. Namun, permintaan keseluruhan untuk minyak sawit masih relatif lemah," kata Oscar Tjakra, analis senior di Rabobank's Rabo Research Food and Agribusiness.
Ekspor minyak sawit Malaysia masih diramal lemah. Menurut data surveyor kargo, ekspor minyak sawit Malaysia periode setengah bulan ini turun di antara 3,3-6%. Upaya pemerintah Malaysia menurunkan pungutan ekspor menjadi 4,5% juga dinilai tidak efektif untuk mendongkrak permintaan.
Selagi negara-negara importir minyak sawit masih berada dalam kondisi karantina maka permintaan minyak sawit masih akan terancam. Pasalnya saat orang-orang menjalani karantina, mereka akan terkungkung di rumah dan tidak pergi ke mana-mana.
Hal ini akan menimbulkan konsumsi masyarakat di luar rumah menjadi menurun dan ujung-ujungnya permintaan minyak sawit juga ikut kena imbasnya. Apalagi bayang-bayang resesi memang sudah semakin dekat.
Riset terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian global mengalami kontraksi 3% di tahun ini. Lockdown yang terjadi kali ini belum pernah terjadi sebelumnya dan membuat laju perekonomian global jadi seret. IMF menyebut fenomena ini sebagai 'Great Lockdown'.
Great Lockdown telah menyeret ekonomi global ke dalam jurang penuh kengerian yakni resesi. Lembaga moneter yang bermarkas di Washington itu meramal ekonomi dunia terkontraksi sebesar 3% di tahun ini.
Padahal saat Januari lalu, IMF masih meramal Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,3% di tahun ini. Namun semua langsung berubah setelah wabah corona menyerang.
"Kemungkinan besar tahun ini, ekonomi global akan mengalami resesi yang hebat sejak Great Depression, melampaui krisis keuangan global satu dekade lalu" kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, melansir CNBC International.
"Ini adalah sebuah periode krisis di mana guncangan yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan kebijakan ekonomi mengingat kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir" tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Stok Malaysia Naik, Harga CPO Terkoreksi 1% Lebih Hari Ini
Pasar masih terus mencermati dinamika di lapangan dan perkembangan terbaru seputar wabah corona. Pandemi corona yang sudah menginfeksi 2 juta orang di dunia memang membuat keseimbangan antara supply dan demand terganggu untuk pasar komoditas salah satunya CPO.
Namun penguatan harga minyak mentah global yang dipicu oleh adanya harapan peningkatan cadangan penyangga (Strategic Petroleum Reserves/SPR) juga menjadi sentimen positif untuk harga CPO.
Pada Rabu (15/4/2020) harga CPO kontrak berjangka pengiriman tiga bulan naik 1,47% ke level RM 2.283/ton. Namun jika ditarik mundur hingga awal tahun harga CPO masih terkoreksi tajam.
Awal tahun harga CPO masih perkasa di level RM 3.000/ton. Kini harganya bergerak fluktuatif di rentang RM 2.200 - RM 2.400/ton. Selain sentimen positif yang datang dari kenaikan harga minyak, sentimen lain yang juga mendongkrak harga CPO adalah adanya indikasi kenaikan pengiriman jelang Ramadan.
"Ada tanda-tanda peningkatan pengiriman untuk musim Ramadhan. Namun, permintaan keseluruhan untuk minyak sawit masih relatif lemah," kata Oscar Tjakra, analis senior di Rabobank's Rabo Research Food and Agribusiness.
Ekspor minyak sawit Malaysia masih diramal lemah. Menurut data surveyor kargo, ekspor minyak sawit Malaysia periode setengah bulan ini turun di antara 3,3-6%. Upaya pemerintah Malaysia menurunkan pungutan ekspor menjadi 4,5% juga dinilai tidak efektif untuk mendongkrak permintaan.
Selagi negara-negara importir minyak sawit masih berada dalam kondisi karantina maka permintaan minyak sawit masih akan terancam. Pasalnya saat orang-orang menjalani karantina, mereka akan terkungkung di rumah dan tidak pergi ke mana-mana.
Hal ini akan menimbulkan konsumsi masyarakat di luar rumah menjadi menurun dan ujung-ujungnya permintaan minyak sawit juga ikut kena imbasnya. Apalagi bayang-bayang resesi memang sudah semakin dekat.
Riset terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian global mengalami kontraksi 3% di tahun ini. Lockdown yang terjadi kali ini belum pernah terjadi sebelumnya dan membuat laju perekonomian global jadi seret. IMF menyebut fenomena ini sebagai 'Great Lockdown'.
Great Lockdown telah menyeret ekonomi global ke dalam jurang penuh kengerian yakni resesi. Lembaga moneter yang bermarkas di Washington itu meramal ekonomi dunia terkontraksi sebesar 3% di tahun ini.
Padahal saat Januari lalu, IMF masih meramal Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,3% di tahun ini. Namun semua langsung berubah setelah wabah corona menyerang.
"Kemungkinan besar tahun ini, ekonomi global akan mengalami resesi yang hebat sejak Great Depression, melampaui krisis keuangan global satu dekade lalu" kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, melansir CNBC International.
"Ini adalah sebuah periode krisis di mana guncangan yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan kebijakan ekonomi mengingat kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir" tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Stok Malaysia Naik, Harga CPO Terkoreksi 1% Lebih Hari Ini
Most Popular