IMF Sebut Outlook Global Negatif, Bursa Asia Masuk Zona Merah

Haryanto, CNBC Indonesia
15 April 2020 10:36
Bursa Asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Rabu (15/4/2020) mayoritas melemah karena dampak dari pandemi virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian yang diprediksi berujung resesi.

Proyeksi atau outlook ekonomi dunia dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang dipublikasikan dalam dokumen bertajuk "The Great Lockdown" juga menunjukkan nada pesimis.

Pandemi Covid-19 yang meningkat di seluruh dunia dinilai menimbulkan biaya hidup manusia yang tinggi, dan langkah-langkah perlindungan dari virus ini juga berimbas sangat dalam pada kegiatan ekonomi.

IMF dalam dokumen tersebut memproyeksikan pandemi Covid-19 memicu ekonomi global bisa berkontraksi tajam hingga minus 3% pada tahun 2020, jauh lebih buruk dari krisis keuangan yang terjadi di 2008-2009.

Data perdagangan mencatat, pasar saham China daratan bervariasi di awal perdagangan. Indeks Shanghai Composite turun 0,3% di level 2.818,56, sedangkan Shenzhen naik 0,3%. Sementara pasar saham di Hong Kong, indeks Hang Seng naik 0,54%.

Pasar saham Jepang melemah, dengan indeks Nikkei 225 naik 0,35% terdorong oleh penurunan saham Fanuc (-2,31%) sedangkan saham FamilyMart turun 4,21%. Sementara indeks Topix melemah 0,43%.

Pasar saham Australia, indeks acuan S&P/ASX 200 ambles 0,65%. Pasar di Korea Selatan ditutup pada hari Rabu karena Negeri Ginseng tersebut sedang melakukan pemilihan parlemen.

 

 

Dari bursa Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi sempat menghijau. Namun pukul 09:50 WIB melemah 0,26% pada 4.694,09, dengan nilai transaksi tercatat Rp 2,4 triliun.

Perkembangan seputar pandemi virus corona kemungkinan akan terus menjadi fokus bagi investor, dengan peringatan IMF pada Selasa bahwa ekonomi global akan mengalami krisis keuangan terburuk sejak Depresi Hebat (Great Depression).

Perkembangan terakhir seputar pandemi virus corona dari situs Johns Hopkins University, saat ini jumlah orang terpapar di lebih dari 180 negara mencapai 1,9 juta lebih, dengan angka kematian sebanyak 126.539 jiwa.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

 




(har/tas) Next Article Proyeksi IMF Bikin Panik, Bursa Asia Terperosok ke Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular