
Keren Banget Sih Rupiah! Juara Asia Lagi Nih...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2020 10:08

Dari sisi eksternal, investor memang sedang berani mengambil risiko. Ini terlihat dari bursa saham New York yang ditutup menguat signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 2,39%, S&P 500 melesat 3,06%, dan Nasdaq Composite melejit 3,95%.
Optimisme di Wall Street menular sampai ke Asia. Arus modal asing mengalir deras ke pasar keuangan Benua Kuning yang membuat mata uang utama Asia cenderung menguat.
Namun karena dorongan faktor domestik, penguatan rupiah menjadi menonjol. Apresiasi 0,22% sudah cukup untuk membawa rupiah ke puncak 'klasemen' mata uang Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:06 WIB:
Investor (dan dunia) lega karena sinyal perlambatan penyebaran virus corona semakin kuat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 14 April adalah 1.844.863 orang. Naik 405% dibandingkan hari sebelumnya.
Meski masih bertambah, tetapi kenaikan 4,05% adalah laju paling lemah sejak 10 Maret. Juga jauh di bawah rata-rata kenaikan harian selama 21 Januari-14 April yang sebesar 11,84%.
Kurva penambahan pasien corona semakin mendatar. Sebuah pertanda awal bahwa pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini mulai mereda.
Jika situasi terus membaik, semoga demikian, maka sedikit demi sedikit aktivitas masyarakat yang terbatas (atau dibatasi) untuk mencegah penularan virus bisa mulai bergulir kembali. Sejumlah negara di Eropa sudah dan akan melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing).
"Pasar mulai punya ekspektasi bahwa ekonomi akan mulai bergulir kembali dalam waktu dekat. Ini karena pandemi virus corona sepertinya sudah mencapai puncak," kata Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spartan Capital Securites yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Keyakinan yang semakin menebal ini membuat investor berani mengambil risiko dan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia. Aset aman seperti emas pun kehilangan pamor, dan pada pukul 09:34 WIB harga sang logam mulia turun 0,28%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Optimisme di Wall Street menular sampai ke Asia. Arus modal asing mengalir deras ke pasar keuangan Benua Kuning yang membuat mata uang utama Asia cenderung menguat.
Namun karena dorongan faktor domestik, penguatan rupiah menjadi menonjol. Apresiasi 0,22% sudah cukup untuk membawa rupiah ke puncak 'klasemen' mata uang Asia.
Investor (dan dunia) lega karena sinyal perlambatan penyebaran virus corona semakin kuat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 14 April adalah 1.844.863 orang. Naik 405% dibandingkan hari sebelumnya.
Meski masih bertambah, tetapi kenaikan 4,05% adalah laju paling lemah sejak 10 Maret. Juga jauh di bawah rata-rata kenaikan harian selama 21 Januari-14 April yang sebesar 11,84%.
Kurva penambahan pasien corona semakin mendatar. Sebuah pertanda awal bahwa pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini mulai mereda.
Jika situasi terus membaik, semoga demikian, maka sedikit demi sedikit aktivitas masyarakat yang terbatas (atau dibatasi) untuk mencegah penularan virus bisa mulai bergulir kembali. Sejumlah negara di Eropa sudah dan akan melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing).
"Pasar mulai punya ekspektasi bahwa ekonomi akan mulai bergulir kembali dalam waktu dekat. Ini karena pandemi virus corona sepertinya sudah mencapai puncak," kata Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spartan Capital Securites yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Keyakinan yang semakin menebal ini membuat investor berani mengambil risiko dan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia. Aset aman seperti emas pun kehilangan pamor, dan pada pukul 09:34 WIB harga sang logam mulia turun 0,28%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular