Eropa Mulai Longgarkan Lockdown, Kurs Euro Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 April 2020 20:23
A new 200-euro banknote is presented at the ECB headquarters in Frankfurt, Germany, September 17, 2018. REUTERS/Kai Pfaffenbach
Foto: Uang kertas 200 euro baru (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah penyebaran pandemi penyakit virus corona strain baru (COVID-19) mulai melambat, dan beberapa negara mulai mengizinkan dunia usaha beraktivitas kembali meski terbatas.

Pada pukul 19:00 WIB, euro menguat 0,46% ke US$ 1,0962 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.

Spanyol sudah mengizinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu, Italia mulai mengizinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.

Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.

Ketiga negara tersebut, bersama Perancis menjadi 4 negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di Eropa. Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga hari ini di Spanyol ada lebih dari 170 ribu kasus, Italia nyaris 160 ribu, Prancis lebih dari 137 ribu, dan Jerman lebih dari 130 ribu kasus positif COVID-19.

Namun, penambahan jumlah kasus per harinya sudah menurun drastis.



Berdasarkan data CEIC, Spanyol hari ini melaporkan penambahan kasus sebanyak 3.477 kasus, menjadi yang terendah sejak 20 Maret. Italia melaporkan 3.153 kasus, terendah sejak 15 Maret, dan Jerman melaporkan 2.082 kasus terendah sejak 19 Maret.

Menurunnya jumlah kasus baru serta kembali dibukanya beberapa aktivitas bisnis memberikan harapan perekonomian akan segera bangkit saat penyebaran COVID-19 berhasil dihentikan.

Selain itu, sentimen pelaku pasar juga sedang membaik setelah China melaporkan data neraca perdagangan, yang memberikan gambaran kebangkitan perekonomian pasca dihantam COVID-19.



Ekspor dan impor Negeri Tiongkok memang masih menunjukkan penurunan, tetapi tidak seburuk prediksi pelaku pasar. Ekspor China dalam dolar AS pada Maret turun 6,6% year-on-year (YoY) jauh lebih baik dibandingkan konsensus Reuters sebesar 14% YoY. Sementara itu, impor pada periode yang sama turun 0,9% YoY, lebih bagus daripada prediksi 9,5%.

Akibatnya neraca dagang China mengalami surplus US$ 19,9 miliar, lebih tinggi ketimbang prediksi US$ 18,55 miliar.

Untuk denominasi yuan, ekspor hanya turun 3,5%, sementara impor naik 2,4%, sehingga neraca perdagangan denominasi yuan surplus 139 miliar yuan. Rilis data yang lebih baik dari prediksi menunjukkan roda perekonomian China mulai berputar kembali dengan cepat, dan Eropa akan segera menyusul.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular