
Rupiah Menguat Lagi Meski Tak Sempat Cicipi 'Jamu' Perry
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 April 2020 16:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/4/2020) meski sepanjang perdagangan dihabiskan di zona merah.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,19% ke Rp 15.650/US$. Maklum saja, Senin kemarin rupiah menguat 1.14%, belum lagi penguatan sepanjang pekan lalu sebesar 3,66%. Sehingga total penguatan rupiah menjadi 4,8% dalam 5 hari perdagangan (Jumat pekan lalu libur Hari Jumat Agung).
Penguatan yang cukup besar di kala mata uang utama Asia lainnya bersusah payah menghadapi tekanan dolar AS. Rupiah pun akhirnya terkoreksi, bahkan pelemahan sempat membengkak hingga 0,51% ke Rp 15.700/US$.
Namun di akhir perdagangan, rupiah berbalik menguat saat Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur melalui video conference.
Rupiah menutup perdagangan Selasa di level Rp 15.610/US$, menguat tipis 0,06%. Mayoritas mata uang Asia menguat pada hari ini, dan rupiah bukan yang terbaik. Won Korea Selatan menjadi mata uang terbaik pada hari ini dengan penguatan 0,21%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini hingga pukul 15:20 WIB.
Sentimen positif sebenarnya sudah menaungi pasar Asia sejak pagi tadi setelah rilis data neraca perdagangan China. Memang ekspor dan impor Negeri Tiongkok menunjukkan penurunan, tetapi tidak seburuk prediksi pelaku pasar.
Ekspor China denominasi dolar AS pada bulan Maret turun 6,6% year-on-year (YoY) jauh lebih baik dibandingkan prediksi Reuters yakni penurunan sebesar 14% YoY. Sementara impor pada periode yang sama turun 0,9% YoY, lebih bagus daripada prediksi penurunan 9,5% YoY.
Akibatnya neraca dagang China mengalami surplus US$ 19,9 miliar, lebih tinggi ketimbang prediksi US$ 18,55 miliar.
Untuk denominasi yuan, ekspor hanya turun 3,5%, sementara impor naik 2,4%, sehingga neraca perdagangan denominasi yuan surplus 139 miliar yuan.
Rilis data yang lebih baik dari prediksi menunjukkan roda perekonomian China mulai berputar kembali pasca dihantam pandemi virus corona (COVID-19).
Mata uang utama Asia mampu mempertahankan penguatan setelah rilis tersebut, tetapi rupiah masih tertahan di zona merah. Mata Uang Garuda masih menanti pengumuman hasil RDG BI yang dimulai pukul 14:00 WIB.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,19% ke Rp 15.650/US$. Maklum saja, Senin kemarin rupiah menguat 1.14%, belum lagi penguatan sepanjang pekan lalu sebesar 3,66%. Sehingga total penguatan rupiah menjadi 4,8% dalam 5 hari perdagangan (Jumat pekan lalu libur Hari Jumat Agung).
Penguatan yang cukup besar di kala mata uang utama Asia lainnya bersusah payah menghadapi tekanan dolar AS. Rupiah pun akhirnya terkoreksi, bahkan pelemahan sempat membengkak hingga 0,51% ke Rp 15.700/US$.
Rupiah menutup perdagangan Selasa di level Rp 15.610/US$, menguat tipis 0,06%. Mayoritas mata uang Asia menguat pada hari ini, dan rupiah bukan yang terbaik. Won Korea Selatan menjadi mata uang terbaik pada hari ini dengan penguatan 0,21%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini hingga pukul 15:20 WIB.
Sentimen positif sebenarnya sudah menaungi pasar Asia sejak pagi tadi setelah rilis data neraca perdagangan China. Memang ekspor dan impor Negeri Tiongkok menunjukkan penurunan, tetapi tidak seburuk prediksi pelaku pasar.
Ekspor China denominasi dolar AS pada bulan Maret turun 6,6% year-on-year (YoY) jauh lebih baik dibandingkan prediksi Reuters yakni penurunan sebesar 14% YoY. Sementara impor pada periode yang sama turun 0,9% YoY, lebih bagus daripada prediksi penurunan 9,5% YoY.
Akibatnya neraca dagang China mengalami surplus US$ 19,9 miliar, lebih tinggi ketimbang prediksi US$ 18,55 miliar.
Untuk denominasi yuan, ekspor hanya turun 3,5%, sementara impor naik 2,4%, sehingga neraca perdagangan denominasi yuan surplus 139 miliar yuan.
Rilis data yang lebih baik dari prediksi menunjukkan roda perekonomian China mulai berputar kembali pasca dihantam pandemi virus corona (COVID-19).
Mata uang utama Asia mampu mempertahankan penguatan setelah rilis tersebut, tetapi rupiah masih tertahan di zona merah. Mata Uang Garuda masih menanti pengumuman hasil RDG BI yang dimulai pukul 14:00 WIB.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular