Internasional

Angka Pengangguran Tembus 10 Juta, AS di Jurang Resesi!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 April 2020 11:09
President Donald Trump arrives at Andrews Air Force Base, Md., Saturday, March 28, 2020. Trump is returning from Norfolk, Va., for the sailing of the USNS Comfort, which is headed to NewYork. (Jim Watson/Pool Photo via AP)
Foto: Presiden AS Donald Trump (Jim Watson/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (COvid-19) benar-benar memukul perekonomian Amerika Serikat (AS). Setidaknya, dari data US Department of Labor, dalam dua pekan jumlah pengangguran di Negeri Paman Sam itu menembus 10 juta orang, jurang resesi di depan mata.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha Maghfiruha Rachbini mengatakan situasi ekonomi yang dihadapi AS saat ini menjadi yang terburuk sejak era Depresi Besar pada 1929 yang meluluhlantakkan ekonomi di negara industri dan berkembang.

Menurut Eisha, jika angka pengangguran sangat tinggi, secara otomatis para pekerja sudah tidak bisa lagi membeli barang karena tidak ada lagi penghasilan yang menyebabkan konsumsi akan turun. Kondisi ini juga akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi negatif.

Dengan demikian, bila kondisi pandemi corona terus mewabah dan tak terkendali dan menyebabkan perekonomian di AS menjadi negatif dalam tiga triwulan berturut-turut, maka resesi sudah terjadi.


"Jadi ke depan melihat bahwa resesi ini sudah di ujung mata, pengangguran tinggi sekali, bisa mencapai 15 persen angka unemployment, terbesar sejak Great Depression," kata Eisha Maghfiruha Rachbini, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia dari New York, Amerika Serikat, Selasa (14/4/2020).

Eisha menuturkan, saat ini bank sentral AS, The Federal Reserve sudah mengucurkan stimulus untuk menenangkan pasar dengan menggelontorkan dana sebesar US$ 2 triliun, terbesar sepanjang sejarah untuk meredam dampak dari kebijakan pembatasan sosial terhadap perekonomian di AS.

Namun, perempuan lulusan doktoral di bidang ekonomi internasional di Waseda University ini menilai, stimulus tersebut hanya mampu meredam dalam jangka pendek.

"Implementasinya pengangguran yang terjadi sudah sekitar 10 juta orang dalam 2 pekan ini di US Department of Labor," katanya.

Nantinya, kata Eisha, setiap warga AS yang mendapatkan unemployment benefit akan mendapatkan bantuan transfer sebesar US$ 1.200 per individu jika penghasilannya kurang dari US$ 75.000. Namun, realisasinya diperkirakan baru akan dilaksanakan pada 2-3 pekan ke depan.


Sebelumnya, Dana Moneter internasional (IMF) juga mengingatkan negara-negara di dunia harus bersiap menghadap krisis ekonomi yang lebih buruk setelah era Depresi Besar karena pandemi virus Corona.

"Dunia harus bersiap untuk kejatuhan ekonomi terburuk sejak Great Depression," kata Kepala IMF Kristalina Georgieva, sebagaimana dikutip AFP, belum lama ini.

Georgieva mengatakan, pertumbuhan ekonomi global akan terkoreksi cukup tajam pada tahun ini, di mana 170 dari 180 negara anggota IMF akan mengalami penurunan pendapatan perkapita.

Bahkan dalam skenario terbaik, IMF melihat pemulihan parsial dunia baru akan terjadi pada tahun 2021. Itu pun dengan asumsi bahwa pandemi ini mulai mereda pada 2020 dan membuat bisnis berjalan normal di tengah penguncian (lockdown) wilayah yang dilakukan banyak negara untuk mencegah penularan virus.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Tak Hanya Corona, Ini 5 'Virus' yang Gerogoti Ekonomi di 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular