
Tunggu Bunga Acuan BI, Rupiah "Aman" di Zona Hijau
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 April 2020 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (13/4/2020) setelah pada pekan lalu membukukan penguatan tajam hingga kembali ke bawah Rp 16.000/US$.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,32% ke Rp 15.750/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari, penguatan rupiah terus terpangkas dan berada di level Rp 15.785/US$ pada pukul 12.30 WIB, di pasar spot melansir data Refinitiv.
Bank Indonesia yang akan mengumumkan suku bunga Selasa besok membuat rupiah "santai" dulu di zona hijau dengan penguatan tipis-tipis, tidak segarang pekan lalu.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bank sentral masih menahan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 4,5%.
Meski demikian, beberapa analis memprediksi Perry Warjiyo dkk akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), dan ada juga yang melihat sebesar 50 bps.
"Kami memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan di tengah perkiraan risiko ke bawah (downside risk) terhadap pertumbuhan ekonomi," sebut riset Citi, yang memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 bps ke 4,25%.
Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda membukukan penguatan 3,66% melawan dolar AS ke Rp 15.800/US$. Penguatan paling tajam terjadi pada Kamis lalu, ketika melesat 2,17%. Persentase penguatan harian tersebut menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir, tepatnya sejak 7 Oktober 2015, kala rupiah menguat 3,1%.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah menguat tajam kemarin. Penyebaran pandemi Covid-19 yang mulai melambat memunculkan harapan segera berakhirnya masa karantina di beberapa wilayah/negara. Dengan begitu diharapkan roda perekonomian kembali berputar.
Meski di beberapa wilayah kembali mengalami peningkatan, tetapi secara global berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu. Terbaru, pada 12 April terjadi penambahan kasus 5,32% sehingga total menjadi 1,696 juta kasus.
Laju penambahan satu digit persentase tersebut menunjukkan penyebaran COVID-19 sudah mulai melandai secara global dan bisa menjadi kabar bagus.
Selain itu, BI yang menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan Bank Sentral AS (The Fed) New York juga memberikan efek positif ke rupiah. The Fed New York nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry, Selasa (7/4/2020).
BI mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Meningkatnya keyakinan investor yang disebut BI terlihat dari aliran modal asing (hot money) kembali masuk ke Indonesia.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, memasuki kuartal II-2020, aliran hot money di pasar obligasi mulai stabil, tidak lagi terjadi aksi jual yang menyebabkan capital outflow ratusan triliun seperti di bulan Maret.
Data dari DJPPR menunjukkan sejak akhir Maret hingga 7 April lalu, terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 920 miliar. Capital inflow tersebut membuat rupiah menjadi stabil dan kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,32% ke Rp 15.750/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari, penguatan rupiah terus terpangkas dan berada di level Rp 15.785/US$ pada pukul 12.30 WIB, di pasar spot melansir data Refinitiv.
Bank Indonesia yang akan mengumumkan suku bunga Selasa besok membuat rupiah "santai" dulu di zona hijau dengan penguatan tipis-tipis, tidak segarang pekan lalu.
Meski demikian, beberapa analis memprediksi Perry Warjiyo dkk akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), dan ada juga yang melihat sebesar 50 bps.
"Kami memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan di tengah perkiraan risiko ke bawah (downside risk) terhadap pertumbuhan ekonomi," sebut riset Citi, yang memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 bps ke 4,25%.
Institusi | BI 7 Day Reverse Repo Rate (%) |
ING | 4.5 |
CIMB Niaga | 4.25 |
Barclays | 4 |
Citi | 4.25 |
Trimegah Sekuritas | 4.5 |
Bank Permata | 4.5 |
Bank Danamon | 4.5 |
Bank Mandiri | 4.5 |
UOB | 4.25 |
MEDIAN | 4.5 |
Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda membukukan penguatan 3,66% melawan dolar AS ke Rp 15.800/US$. Penguatan paling tajam terjadi pada Kamis lalu, ketika melesat 2,17%. Persentase penguatan harian tersebut menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir, tepatnya sejak 7 Oktober 2015, kala rupiah menguat 3,1%.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah menguat tajam kemarin. Penyebaran pandemi Covid-19 yang mulai melambat memunculkan harapan segera berakhirnya masa karantina di beberapa wilayah/negara. Dengan begitu diharapkan roda perekonomian kembali berputar.
Meski di beberapa wilayah kembali mengalami peningkatan, tetapi secara global berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu. Terbaru, pada 12 April terjadi penambahan kasus 5,32% sehingga total menjadi 1,696 juta kasus.
Laju penambahan satu digit persentase tersebut menunjukkan penyebaran COVID-19 sudah mulai melandai secara global dan bisa menjadi kabar bagus.
Selain itu, BI yang menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan Bank Sentral AS (The Fed) New York juga memberikan efek positif ke rupiah. The Fed New York nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry, Selasa (7/4/2020).
BI mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Meningkatnya keyakinan investor yang disebut BI terlihat dari aliran modal asing (hot money) kembali masuk ke Indonesia.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, memasuki kuartal II-2020, aliran hot money di pasar obligasi mulai stabil, tidak lagi terjadi aksi jual yang menyebabkan capital outflow ratusan triliun seperti di bulan Maret.
Data dari DJPPR menunjukkan sejak akhir Maret hingga 7 April lalu, terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 920 miliar. Capital inflow tersebut membuat rupiah menjadi stabil dan kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular