
ROUND UP SEPEKAN
Dibantu The Fed, Rupiah Libas Dolar AS & Jadi Jawara Asia
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 April 2020 11:01

Walau cadangan devisa nasional pada akhir Maret sebesar US$ 121 miliar, turun US$ 9,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, dari dalam negeri sentimen positif datang dari otoritas moneter tanah air. Bank Indonesia (BI) menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan bank sentral AS, The Fed. Bank Sentral AS nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry di Channel Youtube BI, Selasa (7/4/2020). Perry mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Selain itu, rupiah yang dikatakan nilainya masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalued) menjadi salah satu pemicu penguatan tajam rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya juga berulang kali menyatakan bahwa saat ini nilai tukar rupiah berada di bawah fundamentalnya, termasuk pada hari ini dalam video conference-nya.
Dengan tanda-tanda stabilitas serta penguatan rupiah belakangan ini, Perry yakin rupiah akan berada di level Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.
"Kenapa? Pada saat ini nilai tukar rupiah sekarang levelnya secara fundamental dari inflasi, transaksi berjalan, dan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, menunjukkan nilai tukar masih undervalue. Bisa cenderung menguat," katanya.
Ia mengatakan, confidence atau keyakinan pasar juga makin besar. Stimulus fiskal, lanjut Perry, menambah kepercayaan diri investor.
"Selain itu, kondisi risiko di global berangsur membaik. Walaupun belum pulih dan masih tinggi tapi cenderung membaik," katanya.
Perry bahkan mengatakan mekanisme pasar sudah mulai membaik dan intervensi yang dilakukan BI untuk menstabilkan rupiah saat ini tidak sebanyak pada pertengahan Maret lalu ketika rupiah menyentuh level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998.
"Mekanisme bid dan offer bergerak dinamis. Makin sesuai mekanisme pasar. BI kurangi lakukan intervensi, jumlah intervensi relatif kecil karena supply dan demand terpenuhi," tutur Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry di Channel Youtube BI, Selasa (7/4/2020). Perry mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Selain itu, rupiah yang dikatakan nilainya masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalued) menjadi salah satu pemicu penguatan tajam rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya juga berulang kali menyatakan bahwa saat ini nilai tukar rupiah berada di bawah fundamentalnya, termasuk pada hari ini dalam video conference-nya.
"Kenapa? Pada saat ini nilai tukar rupiah sekarang levelnya secara fundamental dari inflasi, transaksi berjalan, dan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, menunjukkan nilai tukar masih undervalue. Bisa cenderung menguat," katanya.
Ia mengatakan, confidence atau keyakinan pasar juga makin besar. Stimulus fiskal, lanjut Perry, menambah kepercayaan diri investor.
"Selain itu, kondisi risiko di global berangsur membaik. Walaupun belum pulih dan masih tinggi tapi cenderung membaik," katanya.
Perry bahkan mengatakan mekanisme pasar sudah mulai membaik dan intervensi yang dilakukan BI untuk menstabilkan rupiah saat ini tidak sebanyak pada pertengahan Maret lalu ketika rupiah menyentuh level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998.
"Mekanisme bid dan offer bergerak dinamis. Makin sesuai mekanisme pasar. BI kurangi lakukan intervensi, jumlah intervensi relatif kecil karena supply dan demand terpenuhi," tutur Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular