
Pelaku Pasar Masih Galau Gegara Corona, Euro Melemah Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 April 2020 20:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (8/4/2020) setelah mengeakhiri penguatan enam hari beruntun kemarin. Sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk membuat dolar AS kembali unggul.
Pada pukul 19:50 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,0874, melemah 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Selasa kemarin, mata uang 19 negara ini menguat 0,91%, sekaligus mengakhiri penurunan 6 hari beruntun. Penguatan euro terjadi akibat membaiknya sentimen pelaku pasar setelah penyebaran virus corona mulai melambat.
Dari Eropa, Italia dan Spanyol melaporkan penurunan jumlah korban meninggal per harinya, kemudian Jerman melaporkan penurunan jumlah kasus baru yang signifikan.
Sementara dari AS, jumlah korban meninggal di New York per harinya juga mengalami penurunan. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mencatat pertumbuhan kasus corona di Negeri Sam pada 7 April adalah 8,62% atau terendah sejak 27 Maret dan jauh di bawah rata-rata laju pertumbuhan 24 Januari-7 April sebesar 22,17%.
Secara global, WHO menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan dalam delapan hari terakhir hingga 7 April pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit persentase.
Namun, sentimen pelaku pasar ternyata masih belum stabil pasar kembali volatil, terbukti bursa saham Eropa kembali memerah pada hari ini. Pandemi COVID-19 yang masih belum pasti akan akan berakhirnya, dan seberapa besar dampaknya ke perekonomian global.
Yang pasti, semakin lama pandemi ini berlangsung, pertumbuhan ekonomi akan semakin merosot hingga resesi yang semakin dalam. Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar masih belum stabil, dan dolar AS sebagai mata uang safe haven kembali diuntungkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article BI: Pelemahan Rupiah di Tengah Corona Relatif Rendah
Pada pukul 19:50 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,0874, melemah 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Selasa kemarin, mata uang 19 negara ini menguat 0,91%, sekaligus mengakhiri penurunan 6 hari beruntun. Penguatan euro terjadi akibat membaiknya sentimen pelaku pasar setelah penyebaran virus corona mulai melambat.
Sementara dari AS, jumlah korban meninggal di New York per harinya juga mengalami penurunan. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mencatat pertumbuhan kasus corona di Negeri Sam pada 7 April adalah 8,62% atau terendah sejak 27 Maret dan jauh di bawah rata-rata laju pertumbuhan 24 Januari-7 April sebesar 22,17%.
Secara global, WHO menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan dalam delapan hari terakhir hingga 7 April pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit persentase.
Namun, sentimen pelaku pasar ternyata masih belum stabil pasar kembali volatil, terbukti bursa saham Eropa kembali memerah pada hari ini. Pandemi COVID-19 yang masih belum pasti akan akan berakhirnya, dan seberapa besar dampaknya ke perekonomian global.
Yang pasti, semakin lama pandemi ini berlangsung, pertumbuhan ekonomi akan semakin merosot hingga resesi yang semakin dalam. Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar masih belum stabil, dan dolar AS sebagai mata uang safe haven kembali diuntungkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article BI: Pelemahan Rupiah di Tengah Corona Relatif Rendah
Most Popular