
Investor Khawatir Efek COVID-19 ke Ekonomi, Obligasi Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari ini, Selasa (7/4/2020) terkoreksi karena kekhawatiran investor seputar efek wabah virus corona (COVID-19) terhadap perekonomian dan kestabilan moneter nasional.
Hal ini tercermin dengan pengumuman dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan bahwa cadangan devisa nasional pada akhir Maret sebesar US$ 121 miliar, turun US$ 9,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penurunan ini, US$ 2 miliar untuk utang pemerintah jatuh tempo, dan US$ 7 miliar untuk stabilisasi rupiah, khususnya pada minggu kedua dan ketiga di mana terjadi kepanikan global yang mendorong investor melepas saham, obligasi," ungkap Perry Warjito, Gubernur BI, dalam briefing perkembangan ekonomi terkini, Selasa (7/4/2020).
Koreksi harga obligasi senada dengan pelemahan yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang, kendati variatif.
Data Refinitiv menunjukkan pelemahan harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling turunhari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 11,8 basis poin (bps) menjadi 7,602%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Apr'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 6 Apr'20 (%) | Yield 7 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 7 Apr'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.484 | 7.602 | 11.80 | 7.5650 |
FR0082 | 10 tahun | 8.096 | 8.177 | 8.10 | 8.1647 |
FR0080 | 15 tahun | 8.236 | 8.277 | 4.10 | 8.2603 |
FR0083 | 20 tahun | 8.300 | 8.328 | 2.80 | 8.3209 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga turun. Indeks tersebut turun 0,46 poin (0,18%) menjadi 260,14 dari posisi kemarin 260,60.
Penurunan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada Selasa (7/4/2020), US$ 1 dibanderol Rp 16.125/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 1,56% dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Pemerintah menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) senilai Rp 6,29 triliun dengan target indikatif Rp 7 triliun. Terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed) sebesar 3 kali karena permintaan yang masuk senilai Rp 18,005 triliun lebih besar dari yg diterbitkan pemerintah.
Hasil Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) | ||||||
07-Apr-20 | Seri |
|
|
|
| |
| SPNS08102020 | SPNS08012021 | PBS002 | PBS026 | PBS004 | PBS005 |
Jatuh tempo | 08-Oct-20 | 08-Jan-21 | 15-Jan-22 | 15-Oct-24 | 15-Feb-37 | 15 April 2043 |
Yield rerata tertimbang | 3.125% | 3.417% | 5.906% | 7.191% | 8.685% | 8.893% |
Penawaran masuk | 6,182 | 6,600 | 1,126 | 1,5105 | 1,324 | 1,2625 |
Sumber : djppr.kemenkeu.go.id
Obligasi RI Terburuk Ketiga
Koreksi harga SUN senada dengan penurunan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, meski bervariasi. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN menjadi yang terburuk ketiga setelah India dan Amerika Serikat.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau bervariasi, yang mengalami variatif tingkat yield. Sementara surat utang negara yang paling menguat yaitu Afrika Selatan, yang mengalami penurunan tingkat yield 42,5 basis poin (bps).
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 6 Apr'20 (%) | Yield 7 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 8.22 | 7.905 | -31.50 |
China (A+) | 2.611 | 2.534 | -7.70 |
Jerman (AAA) | -0.416 | -0.359 | 5.70 |
Prancis (AA) | 0.084 | 0.108 | 2.40 |
Inggris Raya (AA) | 0.34 | 0.367 | 2.70 |
India (BBB-) | 6.306 | 6.418 | 11.20 |
Jepang (A) | 0.01 | 0.009 | -0.10 |
Malaysia (A-) | 3.36 | 3.368 | 0.80 |
Filipina (BBB) | 4.811 | 4.656 | -15.50 |
Rusia (BBB) | 6.82 | 6.78 | -4.00 |
Singapura (AAA) | 1.068 | 1.108 | 4.00 |
Thailand (BBB+) | 1.49 | 1.45 | -4.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.662 | 0.749 | 8.70 |
Afrika Selatan (BB+) | 11.37 | 10.945 | -42.50 |
Sumber: Refinitiv
Hal tersebut mencerminkan investor global cenderung 'wait and see' untuk masuk ke pasar pendapatan tetap (fixed income) ini di tengah risiko resesi akibat penyebaran wabah virus corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Hindari Aset Berisiko, Obligasi RI Kembali Diburu Investor