
Melemah 0,69% Saat Bursa Asia Menghijau, IHSG Koreksi Sehat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 April 2020 17:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan Selasa (7/4/2020) padahal di awal perdagangan sempat menguat tajam. Aksi ambil untung (profit taking) setelah menguat tajam dalam sembilan hari terakhir, menjadi salah satu pemicu IHSG masuk ke zona merah.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG sudah berada di zona hijau, bahkan sempat menguat 3,4% ke level tertinggi intraday 4.975,536. Sayangnya kinerja apik tersebut gagal dipertahankan, IHSG justru merosot dan mengakhiri perdagangan sesi I di level 4.746,695, melemah 1,35%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di sesi I sebesar 5,59 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 369,46 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Memasuki perdagangan sesi II berhasil memangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di level 4.778,639, melemah 0,69%. Nilai transkasi sepanjang perdagangan hari ini tercatat sebesar Rp 9,6 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 527,65 miliar.
Kinerja IHGS dalam dua pekan terakhir terbilang cukup impresif. Sejak menyentuh level terendah lebih dari enam tahun terakhir 3.937,632 pada 24 Maret lalu, hingga Senin kemarin, IHSG sudah menguat 22,2%. Jika ditambah dengan level intraday hari ini, IHSG sudah melesat 26,36%. Kenaikan tersebut tentu menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan, akhirnya IHSG pun melemah.
Mayoritas bursa saham Asia memang menghijau pada hari ini, indeks Nikkei menguat 2%, Shangha Composite China +2,05%, Hang Seng Hong Kong +2,12%, Strait Times Singapura + 3,99%, FTSE Malaysia + 2,1% dan SET Thailand melesat 6,81%.
Meski demikian jika melihat kinerja dalam dua pekan ke belakang IHSG jauh memimpin.
Berikut pergerakan bursa utama Asia pada sama dengan penguatan IHSG, (24 Maret - 6 April)
Melihat IHSG yang jauh memimpin penguatan bursa di Asia, pelemahan 0,69% hari ini bisa dikatakan sebagai koreksi yang sehat.
Kabar bagus dari eksternal membuat IHSG melesat naik di awal perdagangan hari ini. Pandemi virus corona (COVID-19) dilaporkan mulai melambat laju penyebarannya. Kabar tersebut tentunya membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Terbukti, bursa saham Eropa melesat naik setelah Italia dan Spanyol melaporkan penurunan jumlah korban meninggal per harinya, kemudian Jerman melaporkan penurunan jumlah kasus baru yang signifikan.
Bursa saham AS (Wall Street) juga meroket, ketiga indeks utama membukukan penguatan lebih dari 7% setelah jumlah korban meninggal di New York per harinya juga mengalami penurunan.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan dalam delapan hari terakhir pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit.
Hawa positif sudah datang ke pasar Asia pagi ini, bursa saham menghijau meski IHSG harus masuk ke zona merah di akhir sesi I.
Ketika kasus COVID-19 secara global menunjukkan pelambatan, penanganan kasus di Indonesia masih diragukan. Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia hingga hari ini sebanyak 2.738, dengan 221 meninggal dunia, dan 204 dinyatakan sembuh. Laju penambahan kasus di Indonesia sedang dalam tren naik, mengingat kasus pertama baru dilaporkan di awal Maret lalu.
Reuters melaporkan, untuk 1 juta orang Indonesia tes corona hanya dilakukan untuk 36 orang saja. Padahal negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia masing-masing sebanyak 6.666 dan 1.605. Sementara itu, Korea Selatan menjadi negara yang melakukan rapid testing terbanyak dengan populasi mencapai 8.996 orang per 1 juta populasi.
Keraguan akan penanganan kasus COVID-19 di Indonesia tersebut semakin memperbesar aksi profit taking di pasar saham pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bursa Asia Kompak Hijau Royo-Royo, Hang Seng Paling Top
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG sudah berada di zona hijau, bahkan sempat menguat 3,4% ke level tertinggi intraday 4.975,536. Sayangnya kinerja apik tersebut gagal dipertahankan, IHSG justru merosot dan mengakhiri perdagangan sesi I di level 4.746,695, melemah 1,35%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di sesi I sebesar 5,59 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 369,46 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Memasuki perdagangan sesi II berhasil memangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di level 4.778,639, melemah 0,69%. Nilai transkasi sepanjang perdagangan hari ini tercatat sebesar Rp 9,6 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 527,65 miliar.
Kinerja IHGS dalam dua pekan terakhir terbilang cukup impresif. Sejak menyentuh level terendah lebih dari enam tahun terakhir 3.937,632 pada 24 Maret lalu, hingga Senin kemarin, IHSG sudah menguat 22,2%. Jika ditambah dengan level intraday hari ini, IHSG sudah melesat 26,36%. Kenaikan tersebut tentu menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan, akhirnya IHSG pun melemah.
Mayoritas bursa saham Asia memang menghijau pada hari ini, indeks Nikkei menguat 2%, Shangha Composite China +2,05%, Hang Seng Hong Kong +2,12%, Strait Times Singapura + 3,99%, FTSE Malaysia + 2,1% dan SET Thailand melesat 6,81%.
Meski demikian jika melihat kinerja dalam dua pekan ke belakang IHSG jauh memimpin.
Berikut pergerakan bursa utama Asia pada sama dengan penguatan IHSG, (24 Maret - 6 April)
Melihat IHSG yang jauh memimpin penguatan bursa di Asia, pelemahan 0,69% hari ini bisa dikatakan sebagai koreksi yang sehat.
Kabar bagus dari eksternal membuat IHSG melesat naik di awal perdagangan hari ini. Pandemi virus corona (COVID-19) dilaporkan mulai melambat laju penyebarannya. Kabar tersebut tentunya membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Terbukti, bursa saham Eropa melesat naik setelah Italia dan Spanyol melaporkan penurunan jumlah korban meninggal per harinya, kemudian Jerman melaporkan penurunan jumlah kasus baru yang signifikan.
Bursa saham AS (Wall Street) juga meroket, ketiga indeks utama membukukan penguatan lebih dari 7% setelah jumlah korban meninggal di New York per harinya juga mengalami penurunan.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan dalam delapan hari terakhir pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit.
Hawa positif sudah datang ke pasar Asia pagi ini, bursa saham menghijau meski IHSG harus masuk ke zona merah di akhir sesi I.
Ketika kasus COVID-19 secara global menunjukkan pelambatan, penanganan kasus di Indonesia masih diragukan. Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia hingga hari ini sebanyak 2.738, dengan 221 meninggal dunia, dan 204 dinyatakan sembuh. Laju penambahan kasus di Indonesia sedang dalam tren naik, mengingat kasus pertama baru dilaporkan di awal Maret lalu.
Reuters melaporkan, untuk 1 juta orang Indonesia tes corona hanya dilakukan untuk 36 orang saja. Padahal negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia masing-masing sebanyak 6.666 dan 1.605. Sementara itu, Korea Selatan menjadi negara yang melakukan rapid testing terbanyak dengan populasi mencapai 8.996 orang per 1 juta populasi.
Keraguan akan penanganan kasus COVID-19 di Indonesia tersebut semakin memperbesar aksi profit taking di pasar saham pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bursa Asia Kompak Hijau Royo-Royo, Hang Seng Paling Top
Most Popular