
Rupiah Mulai Stabil, Dolar Singapura Naik Tipis di Rp 11.445
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 April 2020 12:23

Jakarta[, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Selasa (7/4/2020), melanjutkan kenaikan awal pekan kemarin.
Pada pukul 11:44 WIB, SG$ 1 setara Rp 11.445,74/SG$, dolar Singapura menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Senin kemarin, Mata Uang Negeri Merlion ini membukukan penguatan 0,31%.
Posisi dolar Singapura saat ini masih di dekat rekor termahal sepanjang sejarah Rp 11.574,53/SG$ yang dicapai pada Kamis (2/4/2020) lalu. Meski demikian, dolar Singapura cenderung tidak banyak mengalami pergerakan sejak mencapai rekor tersebut, alias rupiah cenderung lebih stabil.
Bahkan saat data menunjukkan cadangan devisa Indonesia tergerus dalam, rupiah masih tidak bergerak dan masih di level itu-itu saja. Tidak hanya melawan dolar Singapura, tetapi juga dolar Amerika Serikat.
Bank Indonesia (BI) melaporkan data cadangan devisa per akhir Maret 2020 sebesar US$ 121,0 miliar. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 130,4 miliar.
Itu berarti sepanjang bulan Maret, cadangan devisa tergerus US$ 9,4 miliar, setelah bulan sebelumnya juga turun US$ 1,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setar30a dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah," sebut keterangan tertulis BI, Selasa (7/4/2020).
Penurunan cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah kondisi yang di luar normal (extraordinary) karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia. Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020.
Pandemi virus corona (COVID-19) masih menjadi penggerak utama perdagangan mata uang secara global. Guna meredam penyebarannya, Pemerintah Negeri Merlion mengumumkan "semi lockdown" pada pekan lalu.
Tempat kerja akan ditutup mulai 7 April sedangkan sekolah juga akan ditiadakan mulai 8 April 2020. Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka.
Selain itu, restoran hanya melayani take away, dan warga juga diminta tidak mengunjungi keluarga yang berlainan rumah.
Meski demikian, dolar Singapura tetap mampu menguat. Di tengah pandemi COVID-19, pelaku pasar dikatakan akan memilih mata uang dimana negaranya bertindak cepat guna meredam COVID-19.
"Kemerosotan ekonomi terjadi dimana-mana saat ini, jadi sejauh itu, kita akan melihat perdagangan berdasarkan perbedaan penanganan virus corona ketimbang perbedaan yield" kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp.
"Investor saat ini membeli mata uang negara yang mampu mengatasi virus corona lebih cepat dengan berbagai langkah yang diambil untuk menghentikan penyebarannya" tambah Innes.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 11:44 WIB, SG$ 1 setara Rp 11.445,74/SG$, dolar Singapura menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Senin kemarin, Mata Uang Negeri Merlion ini membukukan penguatan 0,31%.
Posisi dolar Singapura saat ini masih di dekat rekor termahal sepanjang sejarah Rp 11.574,53/SG$ yang dicapai pada Kamis (2/4/2020) lalu. Meski demikian, dolar Singapura cenderung tidak banyak mengalami pergerakan sejak mencapai rekor tersebut, alias rupiah cenderung lebih stabil.
Bank Indonesia (BI) melaporkan data cadangan devisa per akhir Maret 2020 sebesar US$ 121,0 miliar. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 130,4 miliar.
Itu berarti sepanjang bulan Maret, cadangan devisa tergerus US$ 9,4 miliar, setelah bulan sebelumnya juga turun US$ 1,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setar30a dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah," sebut keterangan tertulis BI, Selasa (7/4/2020).
Penurunan cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah kondisi yang di luar normal (extraordinary) karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia. Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020.
Pandemi virus corona (COVID-19) masih menjadi penggerak utama perdagangan mata uang secara global. Guna meredam penyebarannya, Pemerintah Negeri Merlion mengumumkan "semi lockdown" pada pekan lalu.
Tempat kerja akan ditutup mulai 7 April sedangkan sekolah juga akan ditiadakan mulai 8 April 2020. Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka.
Selain itu, restoran hanya melayani take away, dan warga juga diminta tidak mengunjungi keluarga yang berlainan rumah.
Meski demikian, dolar Singapura tetap mampu menguat. Di tengah pandemi COVID-19, pelaku pasar dikatakan akan memilih mata uang dimana negaranya bertindak cepat guna meredam COVID-19.
"Kemerosotan ekonomi terjadi dimana-mana saat ini, jadi sejauh itu, kita akan melihat perdagangan berdasarkan perbedaan penanganan virus corona ketimbang perbedaan yield" kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp.
"Investor saat ini membeli mata uang negara yang mampu mengatasi virus corona lebih cepat dengan berbagai langkah yang diambil untuk menghentikan penyebarannya" tambah Innes.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular