Ancaman Corona Menciut, Penguatan Rupiah Berlanjut

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 April 2020 09:11
Masih Tinggi, Tapi Laju Kasus Corona Mulai Melambat
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Perlambatan jumlah kasus dan korban jiwa secara global terjadi karena perbaikan di negara-negara berstatus hot spot. AS, negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia, mencatatkan perlambatan jumlah pasien baru.

Selama periode 22 Januari-6 April, rata-rata penambahan kasus Covid-19 di Negeri Adidaya adalah 20,53% per hari. Sejak 29 Maret, rata-ratanya sudah di bawah itu yakni 12,87%. Bahkan penambahan pasien baru dalam dua hari terakhir sudah di level satu digit.

 


"Mungkin ini bukan sepenuhnya kabar baik. Namun kemungkinan kurva (kasus) yang semakin mendatar tentu lebih baik dibandingkan kenaikan tajam yang terjadi sebelumnya," kata Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York, seperti diberitakan Reuters.

Begitu pula yang terjadi di Italia. Mulai 24 Februari hingga 6 April, rata-rata laju penambahan pasien corona baru di Negeri Spageti adalah 17,39%. Sejak 15 Maret, laju pertumbuhannya terus melambat.

 

Dari sini muncul harapan bahwa serangan virus corona bisa jadi sudah mencapai puncaknya dan ke depan berpotensi terus menurun. Setelah teror corona selesai, perekonomian global yang sekarang lumpuh bisa kembali bangkit berdiri.

Melihat adanya asa, pelaku pasar yang awalnya bermuram durja sekarang kembali ceria. Gairah pasar sudah kembali, dan aset-aset berisiko menjadi buruan. Hasilnya, rupiah mampu menguat karena 'banjir' arus modal asing.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular