
Volatilitas Tinggi, Masihkah Emas Diburu Pekan Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas spot dunia mengalami sedikit koreksi sebesar 0,06% menjadi US$ 1.616,45/Oz pada penutupan perdagangan Jumat (3/4/2020) dari pekan sebelumnya US$ 1.617,50 per troy ons(OZ).
Koreksi harga emas spot dunia seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah makin merebaknya wabah virus corona (COVID-19).
Harga emas dunia memang bergerak bak roller coaster di tengah volatilitas yang tinggi akibat meluasnya penyebaran pandemi virus corona, sehingga sejumlah stimulus pemerintah dan bank sentral dunia pun digelontorkan guna memerangi pandemi.
"Emas terus berada dalam mode wait and see, sambil melihat seberapa buruk ekonomi global akan terdampak dan berapa lama kondisi seperti depresi [ekonomi] ini berlangsung," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan broker OANDA, dikutip CNBC International.
"Sebagian besar trader mengharapkan harga emas bisa menjadi lebih tinggi lagi," setelah rilis data pengangguran di AS, kata Moya. "Sentimen penggerak harga emas adalah bahwa pengetatan pasokan berkurang dan dolar terus bergerak lebih tinggi."
"Pada akhirnya emas akan bersinar dari semua stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan ke pasar secara global," tambahnya.
Kendati demikian, koreksi tipis dalam sepekan terakhir ini tidak menjadi patokan bahwa harga emas akan jatuh lebih dalam lagi ke bawah level psikologis di US$ 1.600 per troy ons.
Tingginya volatilitas harga emas dalam sepekan terakhir memberikan gambaran mengenai keresahan investor terhadap melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dunia bahkan bisa menuju ke jurang resesi.
Risiko resesi ekonomi global yang semakin terlihat membuat investor kembali 'primitif' dengan memegang uang tunai (cash).
Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.
Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Ketika dolar AS menguat maka harga emas menjadi lebih mahal bagi mata uang negara lainnya dan lagi-lagi menekan harga emas dunia.
Sentimen penekan harga emas dunia juga muncul dari rilis data pada hari Selasa (31/3/2020) yang menunjukkan bahwa PMI Manufaktur China untuk bulan Maret berada di 52,0, menunjukkan ekspansi dan menentang ekspektasi kontraksi.
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan angka itu akan berada pada 45. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, begitu pula sebaliknya di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
