
Simak! Emas Diramal Bakal ke Level Tertinggi 7 Tahun Terakhir
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 April 2020 10:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin harga emas global di pasar spot naik signifikan. Hari ini, harga emas terkoreksi tipis tetapi masih berada di level US$ 1.600/troy ons.
Kemarin harga emas melesat 1,4% seiring dengan rilis data ekonomi AS yang buruk. Angka pengangguran Paman Sam yang tiba-tiba meroket 6,6 juta.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang pekan lalu jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran ada 6,6 juta orang. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dari estimasi para ekonom sebanyak 4 juta sampai 5 juta orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Pada pekan sebelumnya, jumlah klaim pengangguran dilaporkan sebanyak 3.3 juta, ini berarti rekor kembali pecah. Sebelum ini, rekor klaim pengangguran "hanya" 695.000 dalam sepekan di tahun 1982. Bahkan saat resesi pada 2008 jumlah klaim masih belum memecahkan rekor tersebut yakni sebanyak 665.000 dalam sepekan.
Namun harga emas terkoreksi pagi ini. Jumat (3/4/2020) pada 09.51 WIB harga emas global di pasar spot turun 0,13% ke level 1.610/troy ons. Penurunan ini merupakan koreksi yang wajar.
Para analis masih menilai masih ada tren bullish harga emas ke depan. Emas akan melihat kuartal terbaiknya di musim semi ini. Namun harga emas akan mencapai level tertingginya di bawah $ 1.700 per ons, menurut BNP Paribas.
BNP Paribas memperkirakan harga emas rata-rata pada Q2 di level US$ 1.675, kemudian US$ 1.610 di Q3 dan kemudian turun lebih jauh ke $ 1.550 di Q4. Dan pada tahun 2021, BNP Paribas memproyeksikan rata-rata harga emas hanya $ 1.500 per troy ons.
"Kami telah secara konservatif merevisi perkiraan harga emas yang kami keluarkan pada 19 Maret. Kami sekarang melihat harga emas rata-rata di US$ 1.610 / troy ons pada tahun 2020," kata BNP Paribas, melansir Kitco News.
Itu artinya harga emas akan kembali ke level tertinggi dalam 7 tahun terakhir jika ramalan ini jadi kenyataan, mengingat level tertinggi emas pada tahun ini berada di US$ 1.679,6/troy ons pada 9 Maret lalu dan tertinggi sejak 2013.
"Pada tahun 2021, kami meyakini bahwa kondisi ekonomi akan pulih dan tekanan inflasi akan tetap lemah, kami melihat harga emas rata-rata lebih rendah, pada US$ 1.500 / troy ons."
Pada saat yang sama, BNP Paribas menyoroti bahwa emas akan terus menarik bagi para investor yang mencari 'selamat' selama masa-masa yang tidak pasti seperti sekarang ini.
Permintaan yang meningkat juga akan tetap kuat karena para investor resah atas perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh lockdown di berbagai negara akibat merebaknya pandemi COVID-19.
"Kejatuhan ekonomi global akibat COVID-19 menunjukkan investor cenderung terus mencari perlindungan dalam emas," kata ekonom komoditas BNP Paribas Harry Tchilinguirian dan kepala strategi makro kuantitatif dan derivatif Michael Sneyd.
Apalagi dengan adanya stimulus fiskal dan moneter besar-besaran yang saat ini ditempuh pemerintah dan bank sentral global, investasi di emas menjadi kian menarik.
"Dengan Federal Reserve yang menurunkan suku bunga acuan ke batas bawah dan beralih ke pelonggaran kuantitatif tanpa batas, upaya serupa yang juga diikuti bank-bank sentral lain , kami memperkirakan suku bunga riil akan tetap berada di wilayah negatif karena imbal hasil nominal ditekan. Ini menjadi insentif untuk menyimpan emas, terutama ketika berada dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, "tulis Tchilinguirian dan Sneyd pada hari Senin.
Saat ini ada dua faktor yang signifikan membatasi kenaikan emas ke depan. Dua faktor tersebut adalah dolar AS dan adanya margin-call selling akibat kepanikan merebaknya wabah virus memicu orang untuk berbondong-bondong memilih uang tunai.
"Kenaikan harga emas akan diuji dengan kekuatan dolar AS dalam jangka pendek, yang berasal dari tekanan baru-baru ini dalam pendanaan dolar AS serta dislokasi di pasar kredit yang telah menyebabkan penimbunan uang tunai," kata dua ekonom tersebut.
"Selain itu, emas yang berperan sebagai aset lindung nilai dalam portofolio investor juga akan dijual dalam kasus terjadi kerugian di kelas aset lainnya, seperti koreksi yang kuat di pasar ekuitas." Tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Cash is The King, Harga Emas Ikut Anjlok
Kemarin harga emas melesat 1,4% seiring dengan rilis data ekonomi AS yang buruk. Angka pengangguran Paman Sam yang tiba-tiba meroket 6,6 juta.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang pekan lalu jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran ada 6,6 juta orang. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dari estimasi para ekonom sebanyak 4 juta sampai 5 juta orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Namun harga emas terkoreksi pagi ini. Jumat (3/4/2020) pada 09.51 WIB harga emas global di pasar spot turun 0,13% ke level 1.610/troy ons. Penurunan ini merupakan koreksi yang wajar.
Para analis masih menilai masih ada tren bullish harga emas ke depan. Emas akan melihat kuartal terbaiknya di musim semi ini. Namun harga emas akan mencapai level tertingginya di bawah $ 1.700 per ons, menurut BNP Paribas.
BNP Paribas memperkirakan harga emas rata-rata pada Q2 di level US$ 1.675, kemudian US$ 1.610 di Q3 dan kemudian turun lebih jauh ke $ 1.550 di Q4. Dan pada tahun 2021, BNP Paribas memproyeksikan rata-rata harga emas hanya $ 1.500 per troy ons.
"Kami telah secara konservatif merevisi perkiraan harga emas yang kami keluarkan pada 19 Maret. Kami sekarang melihat harga emas rata-rata di US$ 1.610 / troy ons pada tahun 2020," kata BNP Paribas, melansir Kitco News.
Itu artinya harga emas akan kembali ke level tertinggi dalam 7 tahun terakhir jika ramalan ini jadi kenyataan, mengingat level tertinggi emas pada tahun ini berada di US$ 1.679,6/troy ons pada 9 Maret lalu dan tertinggi sejak 2013.
"Pada tahun 2021, kami meyakini bahwa kondisi ekonomi akan pulih dan tekanan inflasi akan tetap lemah, kami melihat harga emas rata-rata lebih rendah, pada US$ 1.500 / troy ons."
Pada saat yang sama, BNP Paribas menyoroti bahwa emas akan terus menarik bagi para investor yang mencari 'selamat' selama masa-masa yang tidak pasti seperti sekarang ini.
Permintaan yang meningkat juga akan tetap kuat karena para investor resah atas perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh lockdown di berbagai negara akibat merebaknya pandemi COVID-19.
"Kejatuhan ekonomi global akibat COVID-19 menunjukkan investor cenderung terus mencari perlindungan dalam emas," kata ekonom komoditas BNP Paribas Harry Tchilinguirian dan kepala strategi makro kuantitatif dan derivatif Michael Sneyd.
Apalagi dengan adanya stimulus fiskal dan moneter besar-besaran yang saat ini ditempuh pemerintah dan bank sentral global, investasi di emas menjadi kian menarik.
"Dengan Federal Reserve yang menurunkan suku bunga acuan ke batas bawah dan beralih ke pelonggaran kuantitatif tanpa batas, upaya serupa yang juga diikuti bank-bank sentral lain , kami memperkirakan suku bunga riil akan tetap berada di wilayah negatif karena imbal hasil nominal ditekan. Ini menjadi insentif untuk menyimpan emas, terutama ketika berada dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, "tulis Tchilinguirian dan Sneyd pada hari Senin.
Saat ini ada dua faktor yang signifikan membatasi kenaikan emas ke depan. Dua faktor tersebut adalah dolar AS dan adanya margin-call selling akibat kepanikan merebaknya wabah virus memicu orang untuk berbondong-bondong memilih uang tunai.
"Kenaikan harga emas akan diuji dengan kekuatan dolar AS dalam jangka pendek, yang berasal dari tekanan baru-baru ini dalam pendanaan dolar AS serta dislokasi di pasar kredit yang telah menyebabkan penimbunan uang tunai," kata dua ekonom tersebut.
"Selain itu, emas yang berperan sebagai aset lindung nilai dalam portofolio investor juga akan dijual dalam kasus terjadi kerugian di kelas aset lainnya, seperti koreksi yang kuat di pasar ekuitas." Tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Cash is The King, Harga Emas Ikut Anjlok
Most Popular