Cash is The King, Harga Emas Ikut Anjlok

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 March 2020 10:36
Harga emas anjlok dalam kemarin dan hari ini bergerak turun lagi
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas hari ini kembali melanjutkan pelemahan setelah kemarin ditutup anjlok signifikan. Emas sebagai aset safe haven yang biasanya diburu saat kondisi global kondusif seperti sekarang ini malah dilego.

Harga emas dunia di pasar spot pada perdagangan hari terakhir pekan ini, Jumat (13/3/2020) turun 0,91% ke level US$ 1.584,74/troy ons. Kemarin harga emas ambrol 3,5% dibanding posisi penutupan sehari sebelumnya.

Emas memang lagi diobral untuk mengcover margin calls. Maklum bursa saham global sedang kebakaran hebat. Lihat saja Wall Street, dalam dua hari terakhir koreksi yang terjadi gila-gilaan. Lebih dari 5% dalam sehari.


Tadi pagi Wall Street ditutup sekarat Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 9,99%, S&P 500 ambles 9,51%, dan Nasdaq Composite ambruk 9,43%. Perlu diketahui bersama, ini merupakan koreksi terdalam sejak 1987. Dengan begitu Wall Street sudah sah masuk pada bear market karena sudah anjlok 20% lebih dari level tertingginya.

Kerugian dari investasi ini harus ditutupi, karena harga emas naik sudah tinggi, maka keuntungan pada emas dicairkan. Ada indikasi juga bahwa sekarang banyak orang yang sedang enggan untuk masuk pasar dan lebih memilih cash. Terlihat dari harga emas yang anjlok serta penurunan yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang tidak terlalu tajam.

COVID-19 sudah sah jadi pandemi. Status ini membuat panik pelaku pasar yang berujung pada terjadinya aksi jual besar-besaran di bursa saham global. Kasus infeksi COVID-19 sampai hari ini sudah lebih dari 126 ribu kasus dan menjangkiti lebih dari separuh negara.


Konsekuensi dari pandemi adalah salah satunya larangan bepergian ke mana-mana dan karantina yang tentu membuat ekonomi global terancam. Aktivitas produksi manufaktur, perdagangan dan pariwisata jadi terhambat.

Dengan kondisi seperti sekarang ini, perekonomian global berada dalam bahaya. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan (OECD) merevisi turun pertumbuhan ekonomi global pada 2020 dari sebelumnya 2,9% menjadi 2,4%.



[Gambas:Video CNBC]







TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Emas Makin Kinclong di Tengah Pandemi Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular