Perang Harga Minyak Mau Kelar, Apa Kabar Bursa Saham Asia?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 April 2020 08:57
Perang Harga Minyak Mau Kelar, Apa Kabar Bursa Saham Asia?
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Toru Hanai)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia bergerak variatif cenderung menguat pada perdagangan pagi ini. Sentimen positif hijaunya Wall Street mampu menular hingga ke seberang Samudra Atlantik sampai ke Asia.

Pada Jumat (3/4/2020) pukul 08:56 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:



Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York menguat tajam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 2,24%, S&P 500 melesat 2,28%, dan Nasdaq Composite terangkat 1,72%.


Jelang perdagangan di Wall Street, investor mendapat kabar yang sangat tidak enak didengar. Kementerian Ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) melaporkan, jumlah klaim tunjangan pengangguran (unemployment benefits) pada pekan yang berakhir 28 Maret mencapai 6,65 juta. Melonjak lebih dari dua kali lipat dan menjadi rekor tertinggi sejak program tunjangan pengangguran mulai digulirkan pada 1967.

Penyebabnya apalagi kalau bukan pandemi virus corona. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:32 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 1.013.157. Sementara korban jiwa terus bertambah menjadi 52.983 (tingkat kematian/mortality rate 5,23%)

Amerika Serikat (AS) kini menjadi pusat penyebaran virus corona dengan jumlah kasus 243.453 (24,03% dai total kasus global). Korban meninggal akibat virus corona di Negeri Paman Sam tercatat 5.926 sehingga tingkat kematian adalah 2,43%.

Hampir seluruh negara bagian di AS melaporkan bahwa kenaikan klaim tunjangan pengangguran disebabkan dampak dari penyebaran virus corona. Maklum, virus ini membuat kantor dan pabrik tutup, hotel dan restoran sepi, tempat wisata dan pusat perbelanjaan minim pengunjung.

"Gangguan di pasar tenaga kerja seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Kemungkinan besar AS sudah resesi sekarang, pertanyaannya adalah berapa lama dan seberapa dalam," kata Mike Lowengart, Direktur Pelaksana di E*TRADE Financial, seperti dikutip dari Reuters.



Namun, Wall Street berhasil bangkit seiring lonjakan harga minyak dunia. Kemarin, harga minyak jenis brent naik sampai 21% sementara light sweet melesat hampir 25%.

Penyebabnya adalah AS bersedia menjadi juru damai antara Arab Saudi dan Rusia. Riyadh dan Moskow terlibat perang harga minyak setelah gagal menyepakati pemotongan produksi di tingkat OPEC+.

"Saya sudah berbicara dengan kawan saya MBS (Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi) yang mana beliau juga sudah menghubungi Presiden (Vladimir) Putin dari Rusia. Saya berharap mereka bisa menyepakati pemotongan produksi (minyak) sekitar 10 juta barel dan bahkan mungkin lebih. Jika terjadi, maka akan sangat bagus bagi industri migas!" cuit Trump di Twitter.




Kenaikan harga minyak mendongrak indeks energi di DJIA hingga 9,19%. Harga saham emiten energi melonjak tajam seperti Chevron (+11,03%) dan Exxon Mobil (+7,65%). Harapan akan industri migas yang bergairah lagi juga mendorong kenaikan harga saham Caterpillar sampai 4,84%.

Optimisme akan berakhirnya perang harga minyak membuat investor lega dan kembali berani mengambil risiko. Setidaknya satu risiko besar bisa dihilangkan, tinggal satu lagi yaitu virus corona.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular