
Tak Terduga! Dampak Corona, China Pangkas Bunga Acuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral China secara tak terduga menurunkan suku bunga acuan sebesar 20 basis poin pada hari Senin (30/3/2020). Hal itu dilakukan demi menekan dampak buruk yang dibawa wabah virus corona (COVID-19) pada ekonominya.
"Suku 7-Day Reverse Repo Rate diturunkan menjadi 2,20% dari 2,40%." tulis People's Bank of China (PBOC) di situs webnya, menurut AFP.
Menurut Trading Economics, ini merupakan langkah pemangkasan terbesar dalam hampir lima tahun. Seven-day reverse repo adalah jenis pinjaman jangka pendek yang digunakan bank sentral untuk meningkatkan likuiditas dan ini mempengaruhi suku bunga lain dalam sistem perbankan.
Pada hari yang sama, PBOC juga menyuntikkan 50 miliar yuan (US$ 7 miliar) ke pasar uang melalui 7-day reverse repo.
Langkah-langkah yang diambil pemerintah China ini dilakukan di tengah upaya pemulihan yang dilakukan negara itu setelah ekonominya dihancurkan wabah virus corona.
Sebagaimana diketahui, wabah virus corona yang kini telah menginfeksi 722.196 orang di seluruh dunia, muncul di Wuhan, China pada Desember lalu. Untuk membendung penyebaran, pemerintah China telah melakukan penguncian (lockdown) terhadap beberapa kotanya sejak Januari. Hal itu menyebabkan kegiatan bisnis di negeri itu tidak bisa berjalan normal.
Sebagai akibatnya, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu di kuartal I (Q1) 2020 diperkirakan bakal turun separuh dari kuartal sebelumnya.
"Pertumbuhan China diperkirakan akan turun ke median 3,5% di kuartal ini dari 6% pada kuartal keempat 2019," menurut hasil jajak pendapat Reuters pada 3-5 Maret terhadap lebih dari 40 ekonom sebagaimana dikutip dari Reuters.
Angka proyeksi ini lebih rendah dari hasil jajak pendapat sebelumnya yang diadakan pada 14 Februari.
Bahkan, di bawah skenario terburuk, perkiraan median untuk Q1 akan lebih rendah yaitu menjadi 2,4%, dibandingkan dengan 3,5% dalam jajak pendapat sebelumnya.
Menurut Worldometers, saat ini ada 81.470 kasus corona di China, dengan 3.304 kematian dan 75.700 orang sembuh.
(res/res) Next Article Jaga Likuiditas, Bank Sentral China Suntik Rp 400 T ke Pasar