Dow Futures Memerah Antisipasi Rilis Data Pengangguran AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 March 2020 18:49
Bursa AS terindikasi dibuka ke zona merah pada perdagangan Kamis (26/3/2020), karena investor cenderung bersiap keluar dari pasar
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terindikasi dibuka ke zona merah pada perdagangan Kamis (26/3/2020), karena investor cenderung bersiap keluar dari pasar dulu jelang pengumuman angka pengangguran AS yang diprediksi meninggi.

Dow futures pada pukul 06:00 waktu setempat (18:00 WIB) mengimplikasikan pelemahan saham-saham utama di bursa AS pada pembukaan nanti. Indeks S&P 500 futures dan Nasdaq-100 futures juga mengimplikasikan pelemahan hingga 1%.

Lolosnya paket stimulus senilai US$ 2 triliun di Senat AS tidak cukup membuat pasar percaya diri untuk terus memborong saham, meski keputusan mengenai ini tinggal sejengkal lagi menunggu persetujuan formal dari Kongres.

Data klaim asuransi atau tunjangan pengangguran AS akan dirilis pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB). Perusahaan sekuritas dan bank kakap memperkirakan kenaikan angka pengangguran.

Citi Bank menjadi yang paling pesimistis (bearish), dengan estimasi pengangguran sebanyak 4 juta orang. Di sisi lain, konsensus Dow Jones menyebutkan angkanya akan berkisar 1,5 juta klaim.

Pada Rabu, Gubernur California Gavin Newsom telah mengatakan bahwa di daerahnya ada klaim pengangguran sebanyak 1 juta orang, dalam dua pekan setelah pandemi corona menerjang AS dan memicu penutupan pusat-pusat bisnis.

"Yang paling dibutuhkan investor untuk mendapatkan keyakinan mengejar reli adalah data yang menunjukkan adanya ... outlook bahwa risiko virus corona kian mengecil," tutur Todd Jablonski, Chief Investment Officer Principal Portfolio Strategies at Principal Global Investors, kepada CNBC International.

Di samping kebijakan fiskal, kebijakan moneter ekstra longgar pun telah disiapkan. Ben Bernanke, tokoh kharismatis yang memimpin Federal Reserve (The Fed) pada 2006-2014 dan melewati krisis finansial 2008, mengatakan bahwa perekonomian AS akan mengalami pemulihan cepat setelah resesi yang "sangat tajam".

"Jika tidak ada terlalu banyak dampak buruk terhadap lapangan kerja, dan terhadap bisnis selama masa penghentian (shutdown) ekonomi, tak peduli sepanjang apa, maka kita bisa melihat rebound yang cukup cepat," tuturnya dalam program "Squawk Box" AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular