
Bursa Asia Ngamuk, Indeks Kospi di Korea Melesat Hingga 8,6%

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham 'Benua Kuning' pada perdagangan Selasa (24/3/2020) mencatatkan keuntungan yang kuat setelah pemerintah dan bank sentral dunia meningkatkan langkah-langkah stimulus guna memerangi wabah virus corona (COVID-19) terhadap ekonomi.
Indeks Shanghai Composite China naik 2,34% menjadi 2.722,44, indeks Hang Seng melonjak 4,46% pada 22.663,49, pasar saham Australia S&P/ASX 200 menguat 4,17% ke 4.735,7, sedangkan FTSE Straits Times Singapore (STI) terapresiasi 6,21% menjadi 2.372,21.
Sementara itu, saham Jepang membukukan kenaikan satu hari terbesar sejak Februari 2016 di tengah harapan untuk pembelian besar-besaran oleh Bank Jepang, dana pensiun publik dan perusahaan publik.
Indeks Nikkei melonjak 1.204,57 poin, atau 7,13%, menjadi 18.092,35, menandai lonjakan harian terbesar dalam kurun lebih dari empat tahun dan penutupan tertinggi dalam 1,5 minggu. Indeks Topix yang lebih luas naik 3,18% pada 1.333,10.
Faktor pendorong naiknya bursa saham Jepang di antaranya saham SoftBank Group melonjak 19% untuk memperpanjang keuntungan dari sesi sebelumnya setelah mengumumkan buyback saham. Perusahaan emiten minyak Inpex naik 10,8% dan emiten pemasok peralatan pembuat chip Tokyo Electron naik 18%.
Bursa saham Negeri Ginseng, Indeks Kospi rebound tajam karena pemerintah menggandakan paket penyelamatan ekonomi yang direncanakan menjadi 100 triliun won (US$ 80 miliar). Kospi menguat 127,51 poin, atau 8,60%, menjadi 1.609,97 setelah turun 5,3% di sesi sebelumnya. Pasar kelas berat Samsung Electronics melonjak 10,5% dan saham SK Hynix melonjak 13,4%.
Di sisi lain penguatan Bursa saham Benua Kuning juga terdorong oleh janji dari Bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves AS/The Fed) untuk membeli sebanyak mungkin Treasury dan aset lainnya yang diperlukan untuk menjaga agar pasar keuangan tetap berfungsi.
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,3% pada 3,937,63, menjadi yang terburuk di antara bursa saham Asia lainnya di tengah arus modal Asing yang keluar (capital outflow) senilai Rp 125,2 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Banjir Stimulus, Bursa Saham Asia Anteng di Zona Hijau