Produksi Chloroquine, Saham Duo KAEF-INAF Meroket!

tahir saleh, CNBC Indonesia
23 March 2020 14:43
Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) melesat.
Foto: Erick Tohir di kimia farma. (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham dua emiten BUMN farmasi PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) melesat di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi II, Senin ini (23/3/2020).

Data perdagangan BEI mencatat, pada pukul 14.33 WIB, saham KAEF melesat hingga 23,88% di level Rp 825/saham dengan nilai transaksi Rp 22,63 miliar dan volume perdagangan 28,37 juta saham. 

Dalam sebulan terakhir, saham KAEF bisa mencetak cuan 10% kendati selama tahun berjalan atau sejak Januari (year to date) saham KAEF minus 34%. Kendati hari ini asing keluar Rp 471 juta, tapi sebulan terakhir asing malah masuk Rp 5,62 miliar di saham KAEF.

Sementara saham INAF juga terbang hingga 22,12% di level Rp 690/saham. Nilai transaksi tercatat Rp 16,43 miliar dan volume perdagangan 24,80 juta saham. Sebulan terakhir saham INAF naik 7% dan year to date saham INAF turun 21%.



Sementara IHSG pada sesi II ini melemah 4,61% di level 4.002, sebentar lagi terjun di bawah 4.000.

Penguatan saham emiten farmasi ini terjadi di tengah upaya induk usaha dua BUMN ini yakni PT Bio Farma (Persero), holding BUMN farmasi, yang menyatakan telah bekerja sama dengan produsen vaksin asal China yang telah menemukan vaksin untuk corona. Namun, produksi vaksin ini tak bisa serta merta dilakukan sesegera mungkin.

Direktur Utama Bio Farma Homesti Basyir mengatakan saat ini perusahaan masih menunggu waktu untuk bisa melakukan produksi massal vaksin yang disebut-sebut dapat segera mengakhiri virus corona (COVID-19) ini.

"Kita juga sudah ada kerja sama, tapi masih butuh waktu," kata Honesti kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/3/2019).

Sebelumnya, Honesti menjelaskan proses pembuatan vaksin ini cukup kompleks jika seluruh proses dilakukan sendiri. Untuk itu perusahaan akan melakukan koordinasi dengan lembaga penelitian di dalam dan luar negeri untuk menge-track sejauh mana proses penelitian vaksin ini dilakukan.

Jika proses di lembaga riset lain telah dilakukan, maka perusahaan tinggal melanjutkan proses lainnya yang dipastikan akan sangat mempersingkat proses produksi vaksin.

Seperti diketahui, China dikabarkan telah memulai percobaan klinis penggunaan vaksin COVID-19 dan bakal segera memasarkannya secara massal.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mampu memproduksi 3 juta chloroquine. Kementerian BUMN juga akan meminta bantuan dari Jepang untuk pengadaan Avigan, yang dijuga disebut-sebut bisa menjadi penawar untuk melawan virus corona atau covid-19.

Dua obat tersebut disebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan dipesan untuk mengobati pasien yang positif terinfeksi virus corona. Jokowi menyebutkan, Avigan yang telah dipesan sebanyak 5.000, dan saat ini dalam proses pemesanan sebanyak 2 juta dan Chloroquine sudah siap 3 juta.

Erick mengatakan, langkah pemerintah menggunakan obat chloroquine dan avigan untuk melawan virus corona merupakan ikhtiar atau upaya menyelamatkan warga Indonesia dari virus yang berbahaya itu. Kedua obat itu, kata Erick, cukup efektif dipergunakan di beberapa negara untuk menangani orang yang terpapar virus corona.

"Kalau satu pasien membutuhkan sekitar 50 butir setidaknya ada 60 ribu pasien yang bisa mendapatkan obat ini. Kalau memang efektif tentunya PT Kimia Farma akan memproduksi kembali," kata Erick dalam siaran pers hari ini, Sabtu (21/3/2020).

[Gambas:Video CNBC]


(tas/hps) Next Article OJK Selidiki Laporan Keuangan KAEF dan INAF, Siap Jatuhkan Sanksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular