Sejak Isu Corona Merebak, Rupiah Sudah Anjlok Nyaris 17%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 March 2020 10:43
Hot Money Mampet
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Corona memang membuat risk appetite investor turun drastis. Maklum, corona membuat aktivitas ekonomi global nyaris lumpuh total.

Untuk meredam penyebaran virus, berbagai negara mengampanyekan gerakan tinggal di rumah. Tidak perlu keluar rumah kalau tidak ada urusan yang amat sangat mendesak sekali. Hindari juga kerumunan. Ini dilakukan untuk mengurangi ruang gerak penularan virus corona.

Bahkan sejumlah negara sudah melakukan karantina wilayah (lockdown). Isolasi total. Tidak ada akses keluar/masuk dan warga diwajibkan tinggal di rumah.


Upaya untuk melindungi nyawa ini memang harus menjadi prioritas pertama dan yang paling utama. Namun bagaimana pun, kebijakan ini membuat roda perekonomian berputar sangat pelan, bahkan mungkin berhenti sama sekali.

"Resesi global mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Kita semua dalam kondisi yang tidak diinginkan, sehingga aturan-aturan normal tidak bisa lagi berlaku," tegas Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres, seperti diberitakan Reuters.


Namun mengapa rupiah jadi 'korban' yang paling parah dari serangan virus corona? Sepertinya ini ada hubungannya dengan fundamental ekonomi domestik.

Indonesia punya pekerjaan rumah yang tidak kunjung rampung yaitu defisit transaksi berjalan (current account deficit). Akibatnya, rupiah begitu tergantung dari pasokan 'darah' investasi portofolio di sektor keuangan alias hot money. Apakah itu saham, obligasi, dan aset-aset keuangan lainnya.

Nah, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sekarang arus hot money sedang mampet karena investor khawatir akan risiko resesi. Sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu, investor asing membukukan jual bersih (net sell) Rp 10,24 triliun di pasar saham. Sementara di pasar obligasi pemerintah, kepemilikan asing berkurang Rp 87,92 triliun selama 2 Januari-18 Maret.

Dengan transaksi berjalan yang masih defisit sementara tidak ada pasokan hot money, sangat wajar rupiah terus melemah. Andai 'dosa' defisit transaksi berjalan sudah tertebus, mungkin rupiah tidak akan separah sekarang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular