
Anjlok Lagi, Ini Pekan Terburuk Wall Street Sejak 2008
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
21 March 2020 06:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Wall Street kembali mengalami koreksi pada perdagangan hari terakhir pekan ini, Jumat (20/3/2020). Koreksi tersebut menjadikan kinerja sepekan terburuk Wall Street sejak 2008, dipicu oleh kekhawatiran terhadap virus corona yang berpotensi membuat resesi ekonomi global.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 4,6% atau kehilangan 915 poin ke level 19.173,98. Indeks Dow Jones saat ini beradad di bawah level ketika Presiden Donald Trump diresmikan dilantik pada Januari 2017.
Indeks S&P 500 merosot 4,3% ke level 2.304,92. Sementara Indeks Komposit Nasdaq anjlok 3,8% ke level 6.875,52.
Pembatasan aktivitas bisnis dan ekonomi di New York membuat para ekonom semakin pesimistis dengan situasi ekonomi global.
Gubernur New York Andrew Cuomo memerintahkan aktivitas bisnis yang tidak penting untuk ditutup dan melarang semua pertemuan. Peningkatan dramatis langkah-langkah mitigasi ini dilakukan setelah negara bagian terpadat di negara itu, California, pada hari Kamis mengarahkan 40 juta penduduknya untuk tinggal di rumah.
IHS Markit sekarang memproyeksi kontraksi 13% pada kuartal kedua setelah sebelumnya memproyeksikan penurunan 5,4% pada empat hari lalu.
Ini membuat semakin banyak analis melihat dampaknya serius terhadap ekonomi karena virus corona.
"Kerusakan tidak akan terjadi dalam satu atau dua bulan," kata FHN Financial dalam sebuah catatan seperti di kutip dari AFP.
"Semakin tampak akan ada penurunan tajam dalam aktivitas global, diikuti oleh periode kelemahan signifikan yang berlangsung setidaknya dua kuartal, diikuti oleh pemulihan parsial.
Goldman Sachs memperingatkan tentang akan terjadi lonjakan PHK besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bank Sentral AS atau The Federal Reserve telah mengumumkan langkah-langkah lain untuk meningkatkan likuiditas, termasuk program baru untuk menyuntikkan dana ke pasar uang negara bagian dan kota untuk menjaga sistem keuangan dari pembekuan di bawah tekanan.
(hps) Next Article Nah Lho! The Fed Diprediksi Tetap Agresif, Wall Street Jeblok
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 4,6% atau kehilangan 915 poin ke level 19.173,98. Indeks Dow Jones saat ini beradad di bawah level ketika Presiden Donald Trump diresmikan dilantik pada Januari 2017.
Indeks S&P 500 merosot 4,3% ke level 2.304,92. Sementara Indeks Komposit Nasdaq anjlok 3,8% ke level 6.875,52.
Pembatasan aktivitas bisnis dan ekonomi di New York membuat para ekonom semakin pesimistis dengan situasi ekonomi global.
Gubernur New York Andrew Cuomo memerintahkan aktivitas bisnis yang tidak penting untuk ditutup dan melarang semua pertemuan. Peningkatan dramatis langkah-langkah mitigasi ini dilakukan setelah negara bagian terpadat di negara itu, California, pada hari Kamis mengarahkan 40 juta penduduknya untuk tinggal di rumah.
IHS Markit sekarang memproyeksi kontraksi 13% pada kuartal kedua setelah sebelumnya memproyeksikan penurunan 5,4% pada empat hari lalu.
Ini membuat semakin banyak analis melihat dampaknya serius terhadap ekonomi karena virus corona.
"Kerusakan tidak akan terjadi dalam satu atau dua bulan," kata FHN Financial dalam sebuah catatan seperti di kutip dari AFP.
"Semakin tampak akan ada penurunan tajam dalam aktivitas global, diikuti oleh periode kelemahan signifikan yang berlangsung setidaknya dua kuartal, diikuti oleh pemulihan parsial.
Goldman Sachs memperingatkan tentang akan terjadi lonjakan PHK besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bank Sentral AS atau The Federal Reserve telah mengumumkan langkah-langkah lain untuk meningkatkan likuiditas, termasuk program baru untuk menyuntikkan dana ke pasar uang negara bagian dan kota untuk menjaga sistem keuangan dari pembekuan di bawah tekanan.
(hps) Next Article Nah Lho! The Fed Diprediksi Tetap Agresif, Wall Street Jeblok
Most Popular