
Kok Harga Batu Bara Lebih Stabil dari Minyak? Ini Alasannya
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 March 2020 12:08

Impor batu bara Jepang sejak awal Maret sampai dengan kemarin tercatat sebesar 6,3 juta ton. Padahal tahun lalu, pada periode yang sama impor batu bara Jepang mencapai 8,1 juta ton. Artinya ada kontraksi sebesar 22,2% (yoy).
Sebenarnya potensi penurunan output daya yang dihasilkan dari pembangkit nuklir Jepang jadi faktor yang positif untuk harga batu bara. Namun akibat rendahnya harga gas di pasar, serta wabah COVID-19 maka hal ini membuat disrupsi dari sisi permintaan batu bara di Jepang.
Wabah COVID-19 yang juga terjadi di Korea Selatan turut membebani harga batu bara. Data Refinitiv menunjukkan, impor batu bara Negeri Ginseng sejak awal Maret hingga kemarin sebesar 3,2 juta ton tahu turun 41,8% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,5 juta ton.
Risiko penurunan permintaan batu bara juga berasal dari Korea Selatan yang dikabarkan akan menghentikan operasi 21-28 pembangkit listriknya yang menggunakan bahan bakar batu bara Maret ini. Hal itu dilakukan Negeri KPOP untuk melawan perubahan iklim.
Perlu diketahui, Korea Selatan memiliki kurang lebih 60 pembangkit listrik yang berbahan bakar batu bara dan berkontribusi sebesar 40% terhadap suplai listrik di Negeri Ginseng. Jadi dapat dibayangkan jika lebih dari sepertiga pembangkit listriknya tidak dioperasikan maka permintaan dari Korea Selatan pun akan turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas)
Sebenarnya potensi penurunan output daya yang dihasilkan dari pembangkit nuklir Jepang jadi faktor yang positif untuk harga batu bara. Namun akibat rendahnya harga gas di pasar, serta wabah COVID-19 maka hal ini membuat disrupsi dari sisi permintaan batu bara di Jepang.
Wabah COVID-19 yang juga terjadi di Korea Selatan turut membebani harga batu bara. Data Refinitiv menunjukkan, impor batu bara Negeri Ginseng sejak awal Maret hingga kemarin sebesar 3,2 juta ton tahu turun 41,8% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,5 juta ton.
Risiko penurunan permintaan batu bara juga berasal dari Korea Selatan yang dikabarkan akan menghentikan operasi 21-28 pembangkit listriknya yang menggunakan bahan bakar batu bara Maret ini. Hal itu dilakukan Negeri KPOP untuk melawan perubahan iklim.
Perlu diketahui, Korea Selatan memiliki kurang lebih 60 pembangkit listrik yang berbahan bakar batu bara dan berkontribusi sebesar 40% terhadap suplai listrik di Negeri Ginseng. Jadi dapat dibayangkan jika lebih dari sepertiga pembangkit listriknya tidak dioperasikan maka permintaan dari Korea Selatan pun akan turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Most Popular