
Duh! Dalam 3 Hari, IHSG Ambles 12% Lebih
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 March 2020 16:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merosot pada perdagangan Rabu (18/3/2020) melanjutkan kinerja negatif sejak awal pekan.
Beberapa saat setelah pembukaan, IHSG langsung ambles 3,68% ke 4.292,801. Tetapi perlahan berhasil dipangkas dan mengakhiri sesi I dengan pelemahan "hanya" 1,22%. Melihat pergerakan dalam dua perdagangan terakhir yang ambles lebih dari 4%, pelemahan 1,22% tentunya terlihat kecil.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG kembali jeblok hingga ke 3,86% ke 4.284,675. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak Oktober 2015. IHSG berhasil memangkas pelemahan, dan mengakhiri perdagangan di level 4.330,674, melemah 2,83%. Dengan demikian, dalam tiga hari perdagangan IHSG sudah ambles 12,24%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di perdagangan hari ini sebesar Rp 8,11 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp 262,83 miliar.
Pada perdagangan, ada 3 saham yang terkena Auto Rejection Bawah (ARB) setelah ambles 7%, yakni PT Medco Energi International Tbk (MEDC), PT Intiland Development Tbk (DILD), dan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM).
Seperti diketahui sebelumnya, pada Kamis (12/3/2020) lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memerintahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk merubah ketentuan batas auto rejection bawah (ARB) menjadi 7% untuk seluruh fraksi harga. Ketentuan tersebut mulai berlaku Jumat, 13 Maret 2020.
Mengutip surat yang disampaikan OJK kepada bursa, selain menurunkan tingkat ARB dari sebelumnya 10% di pekan lalu, OJK juga memerintahkan untuk meniadakan saham-saham yang bisa diperdagangkan pada sesi pra pembukaan (pre-opening).
Selain 3 saham tersebut, ada 150 saham yang lebih merosot lebih dari 6% atau mendekati batas ARB.
Arah pergerakan pasar masih belum jelas, melihat pergerakan bursa Asia yang sempat menghijau tetapi berakhir di zona merah.
indeks Shanghai Composite China dan Nikkei Jepang melemah lebih dari 1,5%, sementara Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan ambles lebih dari 4%.
Kemudian dari Eropa, indeks DAX 20 Jerman memimpin pelemahan sebesar 3,5%, disusul FTSE 100 Inggris nyaris 3%, CAC 40 Perancis nyaris 2%, dan FTSE MIB Italia lebih dari 1%.
Indeks berjangka (futures) Wall Street juga kembali merosot, hingga sore ini, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq futures merosot sekitar 4%. Kembali memerahnya indeks futures tersebut menjadi indikasi Wall Street kembali akan merosot pada hari ini, setelah Selasa kemarin menguat tajam setelah Presiden AS, Donald Trump, mengatakan akan menggelontorkan stimulus senilai US$ 1 triliun membuat Wall Street melesat naik. Indeks Dow Jones naik 5,2%, S&P 500 melompat 6% dan yang terakhir Nasdaq Composite terangkat 6,2%.
Sebagai kiblat bursa utama dunia, penguatan Wall Street biasanya memberikan hawa positif ke bursa lainnya. Tetapi nyatanya bursa saham Asia dan Eropa serta indeks futures Wall Street yang memerah menunjukkan pandemic COVID-19 masih terus menghantui pelaku pasar.
Di Indonesia hingga saat ini sudah ada 227 kasus positif COVID-19, dengan 19 orang dilaporkan meninggal, dan 11 orang dinyakatan sembuh.
Untuk meredam penyebaran COVID-19 dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian pemerintah sudah merilis dua paket stimulus fiskal untuk meredam dampak penyebaran virus corona. Namun itu bukan yang terakhir, karena pemerintah sedang menyusun rencana paket stimulus fiskal jilid III.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan fokus dalam paket stimulus ketiga adalah kesehatan, perlindungan sosial, dan menjaga kinerja pelaku usaha. Di bidang kesehatan, Sri Mulyani menjanjikan akan 'mengguyur' anggaran dalam jumlah besar.
"Untuk stimulus ke-3 pertama adalah kesehatan. Kita akan lihat segala kebutuhan, kita akan flush di situ, jumlahnya masih belum. Sekarang BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang menghitung, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga menghitung," kata Sri Mulyani dalam video conference realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 edisi Maret 2020.
Sayangnya paket stimulus fiskal tersebut masih belum mampu membawa IHSG bangkit dari tekanan pandemi COVID-19.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ikuti Bursa AS, IHSG Balik ke Level Psikologi 7.000 di Sesi 1
Beberapa saat setelah pembukaan, IHSG langsung ambles 3,68% ke 4.292,801. Tetapi perlahan berhasil dipangkas dan mengakhiri sesi I dengan pelemahan "hanya" 1,22%. Melihat pergerakan dalam dua perdagangan terakhir yang ambles lebih dari 4%, pelemahan 1,22% tentunya terlihat kecil.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG kembali jeblok hingga ke 3,86% ke 4.284,675. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak Oktober 2015. IHSG berhasil memangkas pelemahan, dan mengakhiri perdagangan di level 4.330,674, melemah 2,83%. Dengan demikian, dalam tiga hari perdagangan IHSG sudah ambles 12,24%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di perdagangan hari ini sebesar Rp 8,11 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp 262,83 miliar.
Pada perdagangan, ada 3 saham yang terkena Auto Rejection Bawah (ARB) setelah ambles 7%, yakni PT Medco Energi International Tbk (MEDC), PT Intiland Development Tbk (DILD), dan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM).
Seperti diketahui sebelumnya, pada Kamis (12/3/2020) lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memerintahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk merubah ketentuan batas auto rejection bawah (ARB) menjadi 7% untuk seluruh fraksi harga. Ketentuan tersebut mulai berlaku Jumat, 13 Maret 2020.
Mengutip surat yang disampaikan OJK kepada bursa, selain menurunkan tingkat ARB dari sebelumnya 10% di pekan lalu, OJK juga memerintahkan untuk meniadakan saham-saham yang bisa diperdagangkan pada sesi pra pembukaan (pre-opening).
Selain 3 saham tersebut, ada 150 saham yang lebih merosot lebih dari 6% atau mendekati batas ARB.
Arah pergerakan pasar masih belum jelas, melihat pergerakan bursa Asia yang sempat menghijau tetapi berakhir di zona merah.
indeks Shanghai Composite China dan Nikkei Jepang melemah lebih dari 1,5%, sementara Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan ambles lebih dari 4%.
Kemudian dari Eropa, indeks DAX 20 Jerman memimpin pelemahan sebesar 3,5%, disusul FTSE 100 Inggris nyaris 3%, CAC 40 Perancis nyaris 2%, dan FTSE MIB Italia lebih dari 1%.
Indeks berjangka (futures) Wall Street juga kembali merosot, hingga sore ini, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq futures merosot sekitar 4%. Kembali memerahnya indeks futures tersebut menjadi indikasi Wall Street kembali akan merosot pada hari ini, setelah Selasa kemarin menguat tajam setelah Presiden AS, Donald Trump, mengatakan akan menggelontorkan stimulus senilai US$ 1 triliun membuat Wall Street melesat naik. Indeks Dow Jones naik 5,2%, S&P 500 melompat 6% dan yang terakhir Nasdaq Composite terangkat 6,2%.
Sebagai kiblat bursa utama dunia, penguatan Wall Street biasanya memberikan hawa positif ke bursa lainnya. Tetapi nyatanya bursa saham Asia dan Eropa serta indeks futures Wall Street yang memerah menunjukkan pandemic COVID-19 masih terus menghantui pelaku pasar.
Di Indonesia hingga saat ini sudah ada 227 kasus positif COVID-19, dengan 19 orang dilaporkan meninggal, dan 11 orang dinyakatan sembuh.
Untuk meredam penyebaran COVID-19 dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian pemerintah sudah merilis dua paket stimulus fiskal untuk meredam dampak penyebaran virus corona. Namun itu bukan yang terakhir, karena pemerintah sedang menyusun rencana paket stimulus fiskal jilid III.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan fokus dalam paket stimulus ketiga adalah kesehatan, perlindungan sosial, dan menjaga kinerja pelaku usaha. Di bidang kesehatan, Sri Mulyani menjanjikan akan 'mengguyur' anggaran dalam jumlah besar.
"Untuk stimulus ke-3 pertama adalah kesehatan. Kita akan lihat segala kebutuhan, kita akan flush di situ, jumlahnya masih belum. Sekarang BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang menghitung, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga menghitung," kata Sri Mulyani dalam video conference realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 edisi Maret 2020.
Sayangnya paket stimulus fiskal tersebut masih belum mampu membawa IHSG bangkit dari tekanan pandemi COVID-19.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ikuti Bursa AS, IHSG Balik ke Level Psikologi 7.000 di Sesi 1
Most Popular