
Rupiah Lewati Rp 15.200/US$, Memori 1998 Kembali Muncul
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 March 2020 14:00

Secara teknikal, di bulan Januari rupiah sempat menguat lebih dari 2% setelah menembus batas bawah pola Descending Triangle di Rp 13.885/US$. Pada pekan lalu, rupiah kembali ke atas level tersebut, itu artinya tren penguatan rupiah akibat pola Descending Triangle (garis biru) sudah berakhir.
Performa rupiah langsung jeblok setelah itu hingga menyentuh level Rp 14.415/US$ pada Kamis (12/3/2020) pekan lalu.
Menggunakan indikator Fibonacci Retracement (garis merah), dengan menarik garis dari 11 Oktober 2019 di Rp 15.265/US$ hingga 24 Januari 2020 Rp 13.565/US$, level Rp 14.415/US$ merupakan Retracement 50% dan merupakan tahanan atas (resisten) yang kuat, ketika berhasil dijebol maka tekanan bagi rupiah akan semakin besar.
Mata uang garuda bahkan menembus Fib. Retracement 61,8% di Rp 14.615/US$ sehari setelahnya, sehingga pelemahan rupiah terus berlanjut.
Dalam jangka menengah, selama tertahan di atas Rp 14.615/US$ rupiah berisiko terus melemah. Apalagi selama bergerak di atas psikologis Rp 15.000/US$, Mata Uang Garuda berisko menuju rupiah berisiko ke Rp 15.265/US$ (Fib. Retracement 100%).
Jika Fib. Retracement 100% tersebut ditembus, rupiah berisiko merosot ke Rp 15.550/US$. Resisten selanjutnya berada di Rp 16.200/US$, sebelum ke rekor tertinggi sepanjang masa Rp 16.800/US$.
Sementara, jika tertahan di bawah Rp 15.265/US$, rupiah berpeluang memangkas pelemahan melihat indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, dolar AS berpeluang melemah mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR.
Target penguatan rupiah yang terdekat tentunya level psikologis Rp 15.000/US$, jika dilewati maka Mata Uang Garuda berpeluang ke Rp 14.890/US$. Target selanjutnya berada di level Rp 14.615/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Performa rupiah langsung jeblok setelah itu hingga menyentuh level Rp 14.415/US$ pada Kamis (12/3/2020) pekan lalu.
Menggunakan indikator Fibonacci Retracement (garis merah), dengan menarik garis dari 11 Oktober 2019 di Rp 15.265/US$ hingga 24 Januari 2020 Rp 13.565/US$, level Rp 14.415/US$ merupakan Retracement 50% dan merupakan tahanan atas (resisten) yang kuat, ketika berhasil dijebol maka tekanan bagi rupiah akan semakin besar.
![]() Sumber: Refinitiv |
Dalam jangka menengah, selama tertahan di atas Rp 14.615/US$ rupiah berisiko terus melemah. Apalagi selama bergerak di atas psikologis Rp 15.000/US$, Mata Uang Garuda berisko menuju rupiah berisiko ke Rp 15.265/US$ (Fib. Retracement 100%).
Jika Fib. Retracement 100% tersebut ditembus, rupiah berisiko merosot ke Rp 15.550/US$. Resisten selanjutnya berada di Rp 16.200/US$, sebelum ke rekor tertinggi sepanjang masa Rp 16.800/US$.
Sementara, jika tertahan di bawah Rp 15.265/US$, rupiah berpeluang memangkas pelemahan melihat indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, dolar AS berpeluang melemah mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR.
Target penguatan rupiah yang terdekat tentunya level psikologis Rp 15.000/US$, jika dilewati maka Mata Uang Garuda berpeluang ke Rp 14.890/US$. Target selanjutnya berada di level Rp 14.615/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular