Diserang Corona, Output Industri China Kontraksi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 March 2020 15:07
Wabah COVID-19 membuat produksi industri, penjualan ritel dan investasi China mencatatkan perlambatan di dua bulan pertama 2020.
Foto: Reurters

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona (COVID-19) yang berpusat di Wuhan, China telah membuat produksi industri, penjualan ritel dan investasi negara itu mencatatkan perlambatan di dua bulan pertama 2020.

"Produksi industri untuk Januari dan Februari menyusut 13,5%, kontraksi pertama dalam sekitar 30 tahun," menurut data resmi yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS), Senin (16/3/2020).



Angka ini jauh lebih buruk daripada hasil jajak pendapat analis Bloomberg yang memperkirakan penurunan 3% dalam setahun.

Sebelumnya, output industri mencatatkan pertumbuhan 6,9% pada Desember dan pertumbuhan 5,7% untuk 2019 secara keseluruhan.

"Ini adalah kontraksi pertama sejak Januari 1990, ketika produksi industri menyusut 21,1%," kata Ekonom ING, Iris Pang, sebagaimana dilaporkan AFP.

Sementara itu, penjualan ritel juga anjlok sebesar 20,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) selama periode yang sama, setelah naik 8% pada 2019. Analis memperkirakan penurunan hanya 4%.

Investasi aset tetap juga turun 24,5% dalam setahun. Sebelumnya pada tahun lalu sektor ini mencatatkan kenaikan 5,4%.

NBS mengatakan, penurunan ini umumnya disebabkan oleh lambatnya pemulihan bagi bisnis dan pabrik-pabrik China ke dalam produksi. Sebagaimana diketahui, wabah virus corona telah memaksa China mengkarantina (lockdown) beberapa kotanya yang ternyata banyak menjadi rumah bagi produsen-produsen besar.

Akibat penutupan itu, banyak bisnis dan pabrik-pabrik China terpaksa harus menghentikan atau menunda produksinya, juga memperpanjang libur karyawannya.

Dampak ini juga tercermin dalam ekspor China yang anjlok dalam dua bulan pertama tahun ini, turun 17,2%. Akibat COVID-19 juga, surplus perdagangan negara itu dengan musuh sekaligus temannya, Amerika Serikat (AS) menyempit tajam sebesar 40%.

Namun demikian, NBS menyatakan yakin ekonomi China akan segera pulih. Menegaskan kembali pernyataan pejabat pemerintah yang sebelumnya menyebut dampak corona pada ekonomi hanya akan bersifat jangka pendek dan eksternal.



"Saat ini, penyebaran virus pada dasarnya telah diatasi dan prospek pencegahan dan pengendalian epidemi semakin positif," kata juru bicara NBS, Mao Shengyong, Senin.

Per Senin, wabah virus corona di China ada sebanyak 81.020 kasus dengan total korban jiwa sebanyak 3.217 orang dan pasien sembuh 67.843 orang. Sedangkan secara global ada 169.387 kasus, dengan 6.513 kematian dan 77.257 pasien sembuh, menurut Johns Hopkins CSSE.

[Gambas:Video CNBC]




(res/sef) Next Article Gawat! AS Bakal Resesi, Ekonomi China Diramal Kontraksi 8,2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular