Dolar Tembus Rp 14.600, Rupiah Terlemah Sejak November 2018!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 March 2020 08:10
Semua Gara-gara Corona!
Foto: Harga Masker Melonjak Tajam Karena Virus Corona. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Dini hari tadi waktu Indonesia, kabar buruk datang dari New York. Tiga indeks utama di Wall Street terkoreksi sangat dalam di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 9,99%, S&P 500 ambles 9,51%, dan Nasdaq Composite ambrol 9,43%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987. Wall Street sudah resmi masuk masa bear market, koreksi sudah mencapai 20% dari rekor tertingginya.


Situasi ini menggambarkan investor sedang 'alergi' terhadap aset-aset berisiko. Penyebabnya apa lagi kalau bukan virus corona.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:44 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia adalah 128.343. Sedangkan korban meninggal tercatat 4.718 orang.

Berbagai negara sudah melakukan langkah pencegahan penularan virus lebih lanjut. Seluruh Italia masih dalam masa isolasi, tidak ada warga yang boleh keluar rumah kecuali bekerja atau mengakses pelayanan medis darurat.

AS resmi melarang warga dari 26 negara Eropa untuk menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam. Disneyland di California ditutup untuk umum.


Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya sedang menghadapi krisis kesehatan terparah dalam seabad ini. Mulai Senin pekan depan, Prancis akan meliburkan sekolah untuk mencegah penularan lebih lanjut.

Di Irlandia, pemerintah akan meliburkan sekolah, kampus, dan tempat-tempat penitipan anak sampai 29 Maret untuk meredam laju penularan virus corona. Jumlah kasus corona di Irlandia saat ini ada 43 dengan satu korban jiwa.

Berbagai kebijakan tersebut membuat aktivitas publik menjadi sangat terbatas. Minimnya aktivitas sama dengan menghambat laju roda perekonomian.


Oleh karena itu, risiko perlambatan ekonomi global sudah tidak bisa dihindari lagi. Bahkan pembicaraan soal kemungkinan resesi menjadi semakin santer.

"Saat ini perekonomian sedang mengarah ke U-Shaped (penurunan tajam dan disertai proses pemulihan yang lambat). Dasarnya akan sangat dalam, dekat dengan resesi," kata Michelle Meyer, Kepala Ekonom Bank of America Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi, atau bahkan sampai resesi, investor mana yang tidak dag-dig-dug? Kalau tidak ada kabar baik, maka aksi jual massal alias sell off masih akan terjadi di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Jadi tidak heran kalau rupiah masih nyangkut di zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular