
Emas Global vs Emas Antam, Siapa Paling Cuan Saat Ini?

Harga emas dunia melemah pada perdagangan Rabu lalu (10/3) padahal bursa saham global sedang mengalami aksi jual masif.
Kamis kemarin (12/3/2020) harga emas dunia sempat menguat 0,94% sebelum nyaris stagnan di level US$ 1.635,7/troy ons pada pukul 14:15 WIB.
Emas merupakan aset safe haven yang menjadi target investasi ketika terjadi gejolak di pasar finansial. Rabu lalu, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali mengalami aksi jual, indeks Dow Jones ambles nyaris 6%, sementara S&P 500 dan Nasdaq nyaris 5%. Saat kiblat bursa saham dunia tersebut ambles, harga emas dunia justru merosot 0,88%.
Ternyata penyebab merosotnya harga emas adalah aksi ambil untung (profit taking) pelaku pasar guna menambah margin di pasar saham yang ambles beberapa pekan terakhir.
Indeks S&P 500 misalnya, sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa Rp 3.386,15 pada 19 Februari lalu, kini telah merosot lebih dari 19% hingga perdagangan Selasa kemarin.
Sementara itu, harga emas sedang bersinar, bahkan sempat melewati US$ 1.700/troy ons di awal pekan ini. Sejak akhir 2019, hingga ke level tertinggi tahun ini US$ 1.702,56/troy ons yang dicapai Senin lalu, emas sudah menguat lebih dari 12%.
Kemerosotan tajam di pasar saham tersebut tentunya membuat banyak investor mengalami margin call atau pemberitahuan untuk membayar kekurangan dana.
Dengan demikian, pelaku pasar mencairkan keuntungan dari investasi emas, dan memasukkan kembali di bursa saham untuk menghindari kekurangan dana, dengan harapan bursa saham akan bangkit ketika wabah virus corona berakhir, atau ketika para pemangku kebijakan mulai bertindak guna meminimalisir dampak virus corona ke perekonomian.
Wabah virus corona yang sudah ditetapkan menjadi pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) membuat harga emas terus melesat naik.
Situasi yang disebut pandemi oleh WHO adalah ketika suatu penyakit menyebar luas ke berbagai penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.
Yang paling ditakutkan pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi yang ditimbulkan pandemi ini. Beberapa bank sentral sampai harus memangkas suku bunga untuk melindungi perekonomian mereka.
Terbaru, Rabu kemarin bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%.
"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.
Kebijakan dari BoE tersebut serupa dengan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang juga melakukan pemangkasan suku bunga darurat.
Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengejutkan pasar dengan tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1%-1,25%.
Pemangkasan suku bunga dan stimulus dari bank sentral tersebut memberikan keuntungan bagi emas, khususnya pemangkasan suku bunga The Fed.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS, sehingga ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
