
IHSG Drop Lagi, Terlemah Sejak Sejak Desember 2016
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 March 2020 17:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif pada perdagangan Rabu (11/3/2020). Dibuka menguat 0,21%, IHSG sempat menguat hingga 0,84% ke 5.264,48. Tetapi tidak lama, bursa kebanggaan Tanah Air ini masuk ke zona merah, melemah hingga 0,81% ke 5.178,567, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.09,724, melemah 0,21%.
Memasuki perdagangan sesi II kinerja IHSG memburuk, setelah sempat anjlok 2,08% ke 5.112,319. Level tersebut sekaligus menjadi level terendah baru di tahun ini, melewati level awal pekan lalu 5.133,151, sekaligus menjadi yang terlemah sejak 27 Desember 2016.
Setelah mencapai level tersebut, pelemahan IHSG terpangkas dan di akhir perdagangan berada di level 5.154,105, melemah 1,28%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi pada sesi I sebesar Rp 6,98 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 142,5 miliar.
Sentimen positif datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang melesat nyaris 5% pada perdagangan Selasa. Sebagai kiblat bursa saham global, penguatan tajam Wall Street tentunya memberikan efek positif ke bursa Asia pagi ini, termasuk ke IHSG.
Wall Street berhasil menguat tajam setelah Presiden AS, Donald Trump, melakukan rapat dengan anggota Kongres dari Partai Republik dan berencana tidak mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) alias 0% baik kepada pengusaha maupun karyawan hingga akhir tahun nanti.
PPh 0% tersebut dimaksudkan untuk mengangkat daya beli masyarakat sehingga roda perekonomian bisa berputar lebih kencang di tengah wabah virus corona.
Sayangnya, efek positif dari penguatan Wall Street tidak berlangsung lama, mayoritas bursa saham utama Asia kembali masuk ke zona merah, begitu juga dengan IHSG.
Pergerakan bursa saham tersebut menunjukkan pelaku pasar masih diliputi kecemasan akan wabah virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global cukup dalam.
Penyebaran wabah virus corona memang sudah melambat di China, tetapi lonjakan justru terjadi di luar Negeri Tiongkok.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, wabah virus corona kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus nyaris 120.000 orang, dengan 4.284 orang meninggal.
Lonjakan kasus yang besar terjadi di Italia, pemerintahnya bahkan sudah mengisolasi seluruh negara guna meredam penyebaran virus yang lebih luas. Total kasus virus corona kini lebih dari 10.000, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China.
Selain Italia, lonjakan kasus juga terjadi di Iran, Korea Selatan, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Terbaru, penambahan kasus signifikan terjadi di AS, yang memberikan sentimen negatif ke pasar finansial.
Jumlah kasus di AS dilaporkan sudah lebih dari 1.000 orang, tepatnya 1.037 orang. Setelah laporan tersebut, indeks Wall Street futures (berjangka) AS langsung melemah lebih dari 2%, yang turut membawa bursa utama Asia serta IHSG ke zona merah.
Maklum saja, perekonomian China yang melambat akibat wabah virus corona membuat perekonomian global terancam melambat, begitu juga dengan perekonomian Indonesia. China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua, dan Amerika Serikat merupakan yang pertama.
Jika Negeri Paman Sam juga mengalami pelambatan ekonomi karena wabah virus corona, maka dampaknya akan buruk ke perekonomian global. Akibatnya sentimen pelaku pasar kembali memburuk, bursa saham kembali ke zona merah.
IHSG mampu memangkas pelemahan setelah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) memangkas suku bunga acuannya siang tadi.
BoE mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%.
"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.
Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisir dampak virus corona ke ekonomi Inggris. Selain memangkas suku bunga, BoE juga mengumumkan skema pembiayaan baru untuk perusahaan kecil dan menengah, serta untuk industri perbankan.
Pelaku pasar melihat kemungkinan semua pemangku kebijakan di berbagai negara akan bertindak dengan memberikan stimulus guna memacu perekonomian saat ini. Setelah BoE, besok giliran European Central Bank (ECB) yang akan mengumumkan kebijakan moneter, pelaku pasar menanti stimulus apa yang akan diberikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Amblas Nyaris 5%, IHSG Tinggalkan Level 4.500
Memasuki perdagangan sesi II kinerja IHSG memburuk, setelah sempat anjlok 2,08% ke 5.112,319. Level tersebut sekaligus menjadi level terendah baru di tahun ini, melewati level awal pekan lalu 5.133,151, sekaligus menjadi yang terlemah sejak 27 Desember 2016.
Setelah mencapai level tersebut, pelemahan IHSG terpangkas dan di akhir perdagangan berada di level 5.154,105, melemah 1,28%.
Sentimen positif datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang melesat nyaris 5% pada perdagangan Selasa. Sebagai kiblat bursa saham global, penguatan tajam Wall Street tentunya memberikan efek positif ke bursa Asia pagi ini, termasuk ke IHSG.
Wall Street berhasil menguat tajam setelah Presiden AS, Donald Trump, melakukan rapat dengan anggota Kongres dari Partai Republik dan berencana tidak mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) alias 0% baik kepada pengusaha maupun karyawan hingga akhir tahun nanti.
PPh 0% tersebut dimaksudkan untuk mengangkat daya beli masyarakat sehingga roda perekonomian bisa berputar lebih kencang di tengah wabah virus corona.
Sayangnya, efek positif dari penguatan Wall Street tidak berlangsung lama, mayoritas bursa saham utama Asia kembali masuk ke zona merah, begitu juga dengan IHSG.
Pergerakan bursa saham tersebut menunjukkan pelaku pasar masih diliputi kecemasan akan wabah virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global cukup dalam.
Penyebaran wabah virus corona memang sudah melambat di China, tetapi lonjakan justru terjadi di luar Negeri Tiongkok.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, wabah virus corona kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus nyaris 120.000 orang, dengan 4.284 orang meninggal.
Lonjakan kasus yang besar terjadi di Italia, pemerintahnya bahkan sudah mengisolasi seluruh negara guna meredam penyebaran virus yang lebih luas. Total kasus virus corona kini lebih dari 10.000, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China.
Selain Italia, lonjakan kasus juga terjadi di Iran, Korea Selatan, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Terbaru, penambahan kasus signifikan terjadi di AS, yang memberikan sentimen negatif ke pasar finansial.
Jumlah kasus di AS dilaporkan sudah lebih dari 1.000 orang, tepatnya 1.037 orang. Setelah laporan tersebut, indeks Wall Street futures (berjangka) AS langsung melemah lebih dari 2%, yang turut membawa bursa utama Asia serta IHSG ke zona merah.
Maklum saja, perekonomian China yang melambat akibat wabah virus corona membuat perekonomian global terancam melambat, begitu juga dengan perekonomian Indonesia. China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua, dan Amerika Serikat merupakan yang pertama.
Jika Negeri Paman Sam juga mengalami pelambatan ekonomi karena wabah virus corona, maka dampaknya akan buruk ke perekonomian global. Akibatnya sentimen pelaku pasar kembali memburuk, bursa saham kembali ke zona merah.
IHSG mampu memangkas pelemahan setelah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) memangkas suku bunga acuannya siang tadi.
BoE mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%.
"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.
Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisir dampak virus corona ke ekonomi Inggris. Selain memangkas suku bunga, BoE juga mengumumkan skema pembiayaan baru untuk perusahaan kecil dan menengah, serta untuk industri perbankan.
Pelaku pasar melihat kemungkinan semua pemangku kebijakan di berbagai negara akan bertindak dengan memberikan stimulus guna memacu perekonomian saat ini. Setelah BoE, besok giliran European Central Bank (ECB) yang akan mengumumkan kebijakan moneter, pelaku pasar menanti stimulus apa yang akan diberikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Amblas Nyaris 5%, IHSG Tinggalkan Level 4.500
Most Popular