
Asing Masuk, APEI: Strategi OJK-BEI Manjur Jaga Pasar

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramuan mujarab dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui kebijakan penghentian sementara perdagangan saham (trading halt) bila saham terkoreksi mulai dari 5% dalam sehari dan buyback alias pembelian kembali saham tanpa RUPS dinilai cukup ampuh meredam tekanan jual.
Data perdagangan BEI mencatat, pada penutupan sesi I, asing mulai masuk dengan catatan beli bersih Rp 98,26 miliar di semua pasar, dengan nilai transaksi hari ini Rp 3,2 triliun. Namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di sesi I minus 0,21% di level 5.209,72.
Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Octavianus Budiyanto, menilai dua kebijakan terbaru ini secara psikologis cukup positif menjaga pasar saham agar tidak terjerembab lebih dalam setelah pada awal pekan IHSG tersungkur 6,58%, koreksi harian terdalam sejak tahun 2011.
"Secara psikologis bagus karena aturan itu akan menjaga pasar tidak jatuh terlalu dalam, dan terbukti ada technical rebound," kata Oky, panggilan akrabnya, kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/3/2020).
Di tengah kondisi pasar saham yang sekarang tertekan karena dua sentimen negatif, yakni meluasnya wabah virus corona dan gejolak harga minyak. Oky juga meminta pelaku pasar tidak perlu panik, tetapi harus tetap waspada.
"Mari kita jaga pasar modal bersama-sama dengan tidak panik tapi mulai mengedukasi investor ritel lokal karena saham-saham kita sudah murah valuasinya," katanya.
Suria Dharma, Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia, berpendapat, laju IHSG mulai menguat pada awal-awal sesi I seiring dengan positifnya laju bursa saham di Amerika Serikat. Siang ini, misalnya, indeks Dow Jones futures sudah menguat 4,89% dan S&P 500 menguat 4,94%.
"Lebih karena mengikuti global dan Dow Jones yang positif," terangnya.
Sementara itu, menurut Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, proses recovery IHSG saat ini membutuhkan stabilisasi di pasar obligasi dan nilai tukar dulu. Apalagi, kata Budi, yield atau imbal hasil T-Bond dan SBN (surat berharga negara) di banyak negara bakal terjaga rendah.
Tidak hanya itu saja, sempat anjloknya IHSG pada awal pekan juga disebabkan karena kecemasan pelemahan rupiah mengikuti negara lain seperti Thailand dan Singapura.
Untungnya, kata Budi, kebijakan intervensi Bank Indonesia bisa membuat rupiah relatif stabil, sehingga pelemahan lebih terukur.
Sementara itu, kebijakan OJK memberlakukan auto rejection asimetris juga berdampak positif untuk meredam laju IHSG akan tidak terus melemah (downtrend).
"Walau baik, kebijakan BI dan OJK akan diuji dulu," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu.
(tas/tas) Next Article Saat IHSG Naik Sepekan, Asing Malah Cabut di 10 Saham Ini
