
Pemerintah 'Turun Gunung', Penguatan Rupiah Tak Terbendung
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2020 08:10

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah bergerak searah dengan mata uang utama Asia lainnya yang juga menguat di hadapan greenback.
Pada Rabu (11/3/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.290 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,35% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,31% di hadapan dolar AS. Penguatan rupiah hari ini sudah terlihat sejak pasar spot belum dibuka, karena perkembangan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) menunjukkan mata uang Tanah Air terapresiasi.
Namun tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia lainnya juga cenderung menguat terhadap dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:06 WIB:
Rupiah dan mata uang Asia lainnya berhasil menguat meski penyebaran virus corona masih mengkhawatirkan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:13 WIB, total kasus corona di seluruh dunia mencapai 118.582 orang. Jumlah korban jiwa adalah 4.262 orang.
Berbagai negara melakukan langkah untuk meredam penyebaran virus mematikan tersebut. Diawali oleh China, sejumlah negara sudah melakukan 'penguncian' (lockdown) terhadap atau penutupan akses total.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
"Keputusan terbaik saat ini adalah diam di rumah. Masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini lebih bertanggung jawab dibandingkan saat-saat sebelumnya," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, seperti dikutip dari Reuters.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan.
Ekonomi Italia pun lumpuh. Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Sementara di AS, Negara Bagian New York sudah menerapkan kondisi darurat corona. Pemerintah setempat meliburkan sekolah dan menutup sementara tempat-tempat ibadan untuk menghindari kerumunan manusia. Saat banyak orang berkumpul memang penyebaran virus menjadi lebih cepat dan masif.
"Memang akan ada gangguan terhadap aktivitas masyarakat. Ini adalah kebijakan yang dramatis, tetapi secara harfiah kita berhadapan dengan urusan hidup dan mati," tegas Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York, seperti diberitakan Reuters.
Gangguan aktivitas publik tentu akan mempengaruhi laju roda perekonomian. Kala semakin banyak negara yang melakukan pembatasan, maka aktivitas ekonomi akan mampet dan pertumbuhan menjadi seret.
Akan tetapi, dalam dua hari terakhir investor terlihat menaruh harapan besar terhadap stimulus fiskal di berbagai negara. Perlambatan ekonomi pasti akan terjadi, tetapi dengan stimulus setidaknya tidak terjadi hard landing. Ada harapan besar kepada pemerintah di seluruh dunia.
Misalnya, saat ini pemerintah AS pimpinan Presiden Donald Trump sudah memasuki masa pembahasan stimulus fiskal bersama Kongres. Gedung Putih mengajukan anggaran US$ 8,3 miliar yang salah penggunaannya adalah untuk pengembangan vaksin. Trump juga menjanjikan bakal ada penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh).
"Kami akan mendiskusikan mengenai penurunan tarif PPh. Akan ada penurunan yang substansial, sangat substansial. Angkanya besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.
Wakil Presiden Mike Pence menambahkan proposal pemerintah diterima dengan baik oleh Kongres. Diharapkan pembahasan bisa segera selesai dan program stimulus bisa dijalankan.
"Kami diterima dengan baik di Capitol Hill. Bersama-sama dengan pimpinan baik dari Partai Republik maupun Demokrat, kami siap menyelesaikan paket stimulus ini," kata Pence, sebagaimana diwartakan Reuters.
Pelaku pasar pun memberi apresiasi. Stimulus fiskal adalah bentuk kehadiran negara untuk bersama-sama memerangi virus corona.
"Setidaknya sudah ada sebuah rencana besar, ada keinginan dari pemerintah untuk melakukan sesuatu. Ini sangat membantu pasar," kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services yang berbasis di Indiana, seperti diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Rabu (11/3/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.290 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,35% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,31% di hadapan dolar AS. Penguatan rupiah hari ini sudah terlihat sejak pasar spot belum dibuka, karena perkembangan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) menunjukkan mata uang Tanah Air terapresiasi.
Namun tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia lainnya juga cenderung menguat terhadap dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:06 WIB:
Rupiah dan mata uang Asia lainnya berhasil menguat meski penyebaran virus corona masih mengkhawatirkan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:13 WIB, total kasus corona di seluruh dunia mencapai 118.582 orang. Jumlah korban jiwa adalah 4.262 orang.
Berbagai negara melakukan langkah untuk meredam penyebaran virus mematikan tersebut. Diawali oleh China, sejumlah negara sudah melakukan 'penguncian' (lockdown) terhadap atau penutupan akses total.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
"Keputusan terbaik saat ini adalah diam di rumah. Masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini lebih bertanggung jawab dibandingkan saat-saat sebelumnya," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, seperti dikutip dari Reuters.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan.
Ekonomi Italia pun lumpuh. Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Sementara di AS, Negara Bagian New York sudah menerapkan kondisi darurat corona. Pemerintah setempat meliburkan sekolah dan menutup sementara tempat-tempat ibadan untuk menghindari kerumunan manusia. Saat banyak orang berkumpul memang penyebaran virus menjadi lebih cepat dan masif.
"Memang akan ada gangguan terhadap aktivitas masyarakat. Ini adalah kebijakan yang dramatis, tetapi secara harfiah kita berhadapan dengan urusan hidup dan mati," tegas Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York, seperti diberitakan Reuters.
Gangguan aktivitas publik tentu akan mempengaruhi laju roda perekonomian. Kala semakin banyak negara yang melakukan pembatasan, maka aktivitas ekonomi akan mampet dan pertumbuhan menjadi seret.
Akan tetapi, dalam dua hari terakhir investor terlihat menaruh harapan besar terhadap stimulus fiskal di berbagai negara. Perlambatan ekonomi pasti akan terjadi, tetapi dengan stimulus setidaknya tidak terjadi hard landing. Ada harapan besar kepada pemerintah di seluruh dunia.
Misalnya, saat ini pemerintah AS pimpinan Presiden Donald Trump sudah memasuki masa pembahasan stimulus fiskal bersama Kongres. Gedung Putih mengajukan anggaran US$ 8,3 miliar yang salah penggunaannya adalah untuk pengembangan vaksin. Trump juga menjanjikan bakal ada penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh).
"Kami akan mendiskusikan mengenai penurunan tarif PPh. Akan ada penurunan yang substansial, sangat substansial. Angkanya besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.
Wakil Presiden Mike Pence menambahkan proposal pemerintah diterima dengan baik oleh Kongres. Diharapkan pembahasan bisa segera selesai dan program stimulus bisa dijalankan.
"Kami diterima dengan baik di Capitol Hill. Bersama-sama dengan pimpinan baik dari Partai Republik maupun Demokrat, kami siap menyelesaikan paket stimulus ini," kata Pence, sebagaimana diwartakan Reuters.
Pelaku pasar pun memberi apresiasi. Stimulus fiskal adalah bentuk kehadiran negara untuk bersama-sama memerangi virus corona.
"Setidaknya sudah ada sebuah rencana besar, ada keinginan dari pemerintah untuk melakukan sesuatu. Ini sangat membantu pasar," kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services yang berbasis di Indiana, seperti diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular