
Pemerintah 'Turun Gunung', Penguatan Rupiah Tak Terbendung
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2020 08:10

Rupiah dan mata uang Asia lainnya berhasil menguat meski penyebaran virus corona masih mengkhawatirkan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:13 WIB, total kasus corona di seluruh dunia mencapai 118.582 orang. Jumlah korban jiwa adalah 4.262 orang.
Berbagai negara melakukan langkah untuk meredam penyebaran virus mematikan tersebut. Diawali oleh China, sejumlah negara sudah melakukan 'penguncian' (lockdown) terhadap atau penutupan akses total.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
"Keputusan terbaik saat ini adalah diam di rumah. Masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini lebih bertanggung jawab dibandingkan saat-saat sebelumnya," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, seperti dikutip dari Reuters.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan.
Ekonomi Italia pun lumpuh. Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Sementara di AS, Negara Bagian New York sudah menerapkan kondisi darurat corona. Pemerintah setempat meliburkan sekolah dan menutup sementara tempat-tempat ibadan untuk menghindari kerumunan manusia. Saat banyak orang berkumpul memang penyebaran virus menjadi lebih cepat dan masif.
"Memang akan ada gangguan terhadap aktivitas masyarakat. Ini adalah kebijakan yang dramatis, tetapi secara harfiah kita berhadapan dengan urusan hidup dan mati," tegas Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York, seperti diberitakan Reuters.
Gangguan aktivitas publik tentu akan mempengaruhi laju roda perekonomian. Kala semakin banyak negara yang melakukan pembatasan, maka aktivitas ekonomi akan mampet dan pertumbuhan menjadi seret.
(aji/aji)
Berbagai negara melakukan langkah untuk meredam penyebaran virus mematikan tersebut. Diawali oleh China, sejumlah negara sudah melakukan 'penguncian' (lockdown) terhadap atau penutupan akses total.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan.
Ekonomi Italia pun lumpuh. Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Sementara di AS, Negara Bagian New York sudah menerapkan kondisi darurat corona. Pemerintah setempat meliburkan sekolah dan menutup sementara tempat-tempat ibadan untuk menghindari kerumunan manusia. Saat banyak orang berkumpul memang penyebaran virus menjadi lebih cepat dan masif.
"Memang akan ada gangguan terhadap aktivitas masyarakat. Ini adalah kebijakan yang dramatis, tetapi secara harfiah kita berhadapan dengan urusan hidup dan mati," tegas Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York, seperti diberitakan Reuters.
Gangguan aktivitas publik tentu akan mempengaruhi laju roda perekonomian. Kala semakin banyak negara yang melakukan pembatasan, maka aktivitas ekonomi akan mampet dan pertumbuhan menjadi seret.
(aji/aji)
Next Page
Pasar Apresiasi Stimulus Fiskal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular