9 Saham Kakap Sempat Diobral, Benarkah Harga Sudah Murah?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 March 2020 15:19
9 Saham Kakap Sempat Diobral, Benarkah Harga Sudah Murah?
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah tekanan hebat yang melanda bursa saham tanah air, harga saham-saham big cap dan blue chip seolah terhempas menjauhi target harga berdasarkan valuasi atau nilai intrinsiknya.

Dengan koreksi yang dalam pada saham-saham big cap, ini menjadi peluang untuk mengkoleksi saham-saham yang dinilai 'bonafide'. Dari 10 saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di tanah air (> Rp 100 triliun), ada 9 saham big cap yang menawarkan potensi imbal hasil yang menarik.


Kesembilan saham tersebut adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Astra International Tbk (ASII), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).



Terlihat dari kesembilan saham blue chip tersebut, empat di antaranya disumbang oleh emiten perbankan. Berdasarkan konsensus median target harga Refinitiv Datastream,nilai median dari return membeli saham-saham tersebut pada harga penutupan perdagangan hari ini berpotensi memperoleh capital gain sebesar 30%.



Artinya saham-saham big cap saat ini ditransaksikan dengan diskon. Rentang imbal hasil yang diperoleh dari investasi di saham-saham big cap ini berkisar di 11,8% dan 53,8% di luar dividen tentunya.


Saham-saham dari emiten perbankan BUKU IV yang menjadi konstituen saham big cap di tanah air menawarkan potential return yang menarik. Di tengah kondisi likuiditas yang ketat seperti sekarang ini, kinerja saham-saham emiten perbankan BUKU IV masih baik.

BBCA dan BBRI menjadi saham yang diunggulkan dengan potential return masing-masing sebesar 11,8% dan 23%.

Kedua bank ini mencatatkan rasio profitabilitas yang lebih tinggi dibanding dua bank lain serta tingkat likuiditasnya yang tinggi. Loan to Deposit Rasio (LDR) BBCA dan BBRI masih berada di bawah batas atas aman yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) di 92%.



Saham-saham big cap selain perbankan yang juga menawarkan potential return yang menarik adalah TLKM (+29,9%), UNVR (+20,8%), ASII (+47,9%), HMSP (+31,3%) dan ICBP (+18,3%).
Namun volatilitas di pasar masih sangat tinggi. Biang keroknya apalagi kalau bukan virus corona. Corona yang kini resmi bernama COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 110.000 orang di separuh negara di dunia.

Sebenarnya jumlah kasus infeksi COVID-19 di China (episentrum penyebaran virus) sudah dilaporkan menurun dalam beberapa waktu terakhir. Dalam beberapa hari terakhir jumlah kumulatif kasus infeksi COVID-19 di China tidak beranjak dari angka 80.000 kasus. Seolah episentrumnya bergeser, lonjakan kasus baru justru terjadi di luar China.

“Pada akhir pekan, lonjakan kasus baru banyak terjadi di Italia, Iran, Amerika Serikat (AS), Jerman, Perancis, Spanyol, Jepang dan Mesir. Di AS, jumlah kasus kini mencapai 521. Sementara di Italia korban meninggal bertambah menjadi 366. Beredar kabar bahwa di Filipina , Presiden Rodrigo Duterte sudah setuju untuk memberlakukan keadaan darurat” tulis riset Citi.

Lonjakan kasus di AS membuat beberapa daerah berada dalam status darurat corona, salah satunya adalah California. Per hari ini jumlah kasus yang dilaporkan di AS sudah berjumlah 605 dengan 22 orang korban meninggal. Teror yang disebar COVID-19 membuat bursa saham Paman Sam rontok.

Pagi tadi, indeks utama bursa saham Paman Sam jatuh sangat dalam. Indeks Dow Jones Industrial harus rela terkapar di zona merah dengan koreksi 7,79%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq composite menyusul dengan koreksi masing-masing sebesar 7,59% dan 7,29%. Ini merupakan koreksi harian terdalam sejak Desember 2008.

Beralih ke Eropa, kemarin indeks STOXX 600 ditutup dengan pelemahan yang juga dalam yaitu minus 7,44%. Italia menjadi negara di Eropa dengan jumlah kasus infeksi paling banyak. Bahkan sudah melampaui jumlah kasus kumulatif yang dilaporkan di Korea Selatan.

Data kompilasi John Hopkins Universiy CSSE menunjukkan jumlah kasus di Italia sudah mencapai 9.172 dan korban meninggal bertambah menjadi 463. Karena kasus di Italia bertambah dengan signifikan, Perdana Menteri Giusepe Conte akan memperluas jangkauan karantina menjadi seluruh negara dari sebelumnya wilayah Lombardy saja.

Conte mengatakan 60 juta orang di berbagai penjuru negara tidak boleh bepergian ke mana-mana kecuali untuk bekerja atau dalam keadaan darurat lain. Dia menambahkan kegiatan ‘kumpul-kumpul’ akan dilarang dan kegiatan olahraga akan ditunda. Upaya ini dilakukan untuk melindungi orang-orang dengan risiko paling tinggi. Kebijakan ini mulai berlaku hari ini hingga 3 April nanti rencananya.

“Keputusan yang tepat untuk sekarang ini adalah dengan tetap tinggal di rumah” kata Conte “Masa depan kita dan Italia ada di tangan kita. Kita harus lebih bertanggung jawab sekarang dari sebelumnya” tambahnya, melansir CNBC Internasional.

Kondisi darurat corona di Italia membuat indeks FTSE MIB terkoreksi parah dengan anjlok sebesar 11,17%. Setali tiga uang dengan bursa saham Italia, indeks saham FTSE 100 (Inggris) ambruk 7,69%, DAX (jerman) minus 7,94% dan CAC 40 (Perancis) minus 8,38%.

Pergerakan bursa saham global yang diwarnai dengan volatilitas tinggi berpeluang membuat bursa saham domestik juga ikut berfluktuasi. Walau hari ini IHSG rebound dengan penguatan sebesar 2,34%. Namun tak menutup kemungkinan pergerakan liar harga saham tanah air ini masih akan berlanjut selagi COVID-19 masih belum bisa dijinakkan dan terus menjangkiti dunia.

Jadi di tengah volatilitas pasar yang masih tinggi seperti sekarang ini, wait and see adalah tindakan yang bijak dalam berinvestasi di instrumen saham jika tidak ingin psikisnya terserang oleh pergerakan liar harga saham di pasar.

Namun jika ingin memanfaatkan momentum koreksi yang dalam, maka investor dapat masuk saat IHSG jeblok dengan strategi average down dan tidak langsung membeli dengan unit yang banyak jika memang ingin mengkoleksi saham-saham blue chip.







TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular