Sempat Anjlok 10%, Harga CPO Balik Arah Menguat 2% Lebih

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 March 2020 11:36
Harga CPO rebound lebih dari 2% mengikuti harga minyak mentah setelah kemarin anjlok dalam
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) mencatatkan penguatan pada perdagangan jelang siang hari ini setelah kemarin terkoreksi dalam akibat anjloknya harga minyak.

Kemarin harga minyak mentah anjlok lebih dari 25% dan merupakan koreksi harian terbesar sejak 1991 setelah OPEC+ gagal capai kata sepakat untuk kurangi produksi minyak dan manuver Arab Saudi yang berencana meningkatkan volume produksi dan mendiskon harga minyak ekspornya sebesar 10%.

Harga CPO bergerak searah dengan harga minyak. Sempat anjlok 10%, harga CPO ditutup terpangkas 4,8% di akhir perdagangan pada Senin (9/3/2020). Pagi ini harga minyak melesat dan harga CPO kontrak pengiriman 3 bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) juga mengekor.


Selasa (10/3/2020), harga CPO kontrak mencatatkan penguatan sebesar 2,14% ke level RM 2.382/ton. Penguatan harga terjadi jelang rilis data industri oleh Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) yang dijadwalkan keluar hari ini.

Harga CPO juga sedikit terdongkrak dengan sentimen potensi kenaikan konsumsi jelang bulan Ramadhan. Beberapa bulan sebelum Ramadhan, biasanya pembelian minyak sawit naik karena terkerek permintaan.

Selain itu sentimen positif lain yang juga membuat harga CPO sedikit mendapat angin segar adalah jumlah kasus virus corona yang dilaporkan di China semakin hari semakin menurun. Dalam hampir sepekan terakhir jumlah kumulatif kasus virus corona di Tiongkok tidak beranjak dari 80.000 kasus.


China merupakan pembeli minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah India. Jadi kejadian yang menimpa China saat ini juga akan berpengaruh pada permintaan komoditas terutama minyak sawit dari China.

Saat wabah corona merebak di Wuhan dan kemudian meluas secara nasional, aktivitas konsumsi dan mobilitas daging babi juga menjadi terganggu.

Hal ini juga menyebabkan aktivitas pemrosesan biji kedelai menjadi terhambat dan China masih berpotensi besar mengandalkan impor minyak sawit. Sehingga COVID-19 dinilai sebagian analis tetap berdampak tetapi tak terlalu signifikan.



[Gambas:Video CNBC]




TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular