Harga Minyak Rendah Dinilai Problem, Dow Futures Terpelanting

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
09 March 2020 19:55
Dow Futures pada Senin pagi (9/3/2020) terpelanting karena investor dikecam kekhawatiran seputar efek perang harga minyak.
Foto: Bursa New York (AP Photo/Richard Drew))

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar berjangka bursa utama Amerika Serikat (AS) pada Senin pagi (9/3/2020) terpelanting karena investor dikecam kekhawatiran pelemahan ekonomi dunia akibat perang harga minyak di tengah penyebaran virus corona.

Pada pukul 07:50 waktu setempat (19:50 WIB), Dow futures mengindikasikan bursa AS tersebut akan anjlok lebih dari 4% pada pembukaan nanti. Harga kontrak berjangka indeks S&P 500 dan Nasdaq-100 juga mengindikasikan koreksi signifikan.

Di tengah gejolak pasar, investor terus mencari to aset aman di tengah kekhawatiran bahwa wabah corona akan mengganggu rantai pasokan global dan membawa ekonomi dunia menuju resesi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS anjlok di bawah 0,5%, ke 0,479% yang merupakan level terendah sepanjang sejarah.

Di sisi lain, piranti FedWatch milik grup CME mengindikasikan bahwa pasar bertaruh Federal Reserve (The Fed) bakal memangkas suku bunga acuan AS hingga 75 basis poin (bps) tahun ini dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Maret.

Peluang pemangkasan sebesar itu telah melebihi angka 80% pada Minggu, naik dibandingkan posisi Jumat yang saat itu masih sebesar 65%. Sebelumnya, peluang pemangkasan sebesar 100 bps mencapai 29,2% sedangkan sisanya yakni 70,8% bertaruh pemangkasan sebesar 75 bps.

Arab Saudi pada Minggu mengejutkan pasar dengan memangkas harga jual minyak mentahnya pada April, membalik upaya sebelumnya yang ingin menaikkan harga dengan memangkas produksi. Manuver itu dilakukan setelah rapat OPEC pada Jumat gagal mencapai kesepakatan.

"Bagi pasar, harga minyak mentah menjadi masalah yang lebih besar ketimbang virus corona," tutur pendiri Vital Knowledge Adam Crisafulli pada Minggu, sebagaimana dikutip CNBC International. "Akan tidak mungkin bagi [S&P 500] untuk menguat secara berkelanjutan jika harga minyak Brent terus menurun."

Harga kontrak berjangka minyak mentah Brent anjlok 29,07% menjadi US$ 32,11 per barel setelah dalam sesi sebelumnya terpangkas 30%. Di sisi lain, harga kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 30,98% menjadi US$ 28,49 per barel.

Psikologi investor telah tertekan oleh dampak wabah corona yang mengirim saham-saham di AS ke area koreksi. Per hari Minggu, kasus corona di seluruh dunia telah mencapai 109.000 dengan setidaknya 3.801 korban jiwa. Di AS, New York, California dan Oregon telah mengumumkan status darurat Corona, bersama lima wilayah lainnya.

"Gagasan bahwa harga BBM yang rendah akan memberi para pekerja lebih banyak uang tunai untuk menggenjot belanja konsumsi dan ekonomi tidak cukup memberikan penahan atas pukulan terhadap investor bursa saham," tutur Ekonom Kepala MUFG Union Bank Chris Rupkey, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Indeks S&P 500 anjlok 8% sepanjang tahun berjalan setelah pekan terburuknya sejak krisis finansial akhir Februari lalu. Indeks ini telah anjlok lebih dari 12% dari posisi tertingginya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Dow Futures Menguat Lagi Jelang Rilis Tenaga Kerja AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular