Anjlok 1% Lebih, Rupiah Lagi-lagi Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 March 2020 17:11
Rupiah di Level Terlemah Sepanjang Sejarah Lawan Yen
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Belum diketahui sampai kapan wabah virus corona akan berlangsung, di China memang sudah terjadi penurunan jumlah kasus baru yang signifikan. Tetapi peningkatan tajam justru terjadi di luar China. Hal tersebut memicu sentimen alih risiko yang membuat yen begitu perkasa. Rupiah bahkan mencapai level terlemah sepanjang masa melawan mata uang Negeri Matahari Terbit ini. 

Rupiah di awal perdagangan hari ini jeblok 4,58% melawan yen ke 141,18/JPY. Level tersebut merupakan yang terlemah sepanjang sejarah, berdasarkan data Refinitiv. 


Yen yang terus menguat juga dipicu status Jepang yang merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.

Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi perkasa.



Sementara itu, berdasarkan data Johns Hopkins CSSE jumlah kasus virus corona kini lebih dari 110.000 orang, dengan korban meninggal sebanyak 3.825 orang. 

Di luar China, lonjakan kasus terjadi di Korea Selatan, Italia, Iran, Perancis, Jerman, hingga AS. 



Jumlah kasus corona di AS kini mencapai 554 orang, negara bagian California dan New York bahkan sudah mengumumkan kondisi darurat corona. 

Akibat wabah tersebut bank sentral di berbagai negara, termasuk di AS (Federal Reserve/The Fed) harus memangkas suku bunga guna meminimalisir dampaknya ke perekonomian. The Fed pada pekan lalu mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%, dan diprediksi memangkas lagi dengan jumlah yang sama pada pekan depan. 

Dolar sebenarnya sedang tertekan akibat kebijakan The Fed tersebut. Indeks dolar AS siang ini melemah 0,72% ke 95,26 bahkan pagi tadi sempat di 94,88 yang merupakan level terendah sejak Oktober 2018. Indeks ini dibentuk dari 6 mata uang, euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia, serta kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS. 

Sayangnya tekanan yang dialami dolar AS belum sanggup mengangkat kinerja rupiah. Sebagai mata uang emerging market, rupiah dianggap lebih berisiko sehingga tekanan jual yang dialami rupiah lebih besar dibandingkan dolar AS. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]



(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular